Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan harga minyak mentah dan Indonesian Crude Price (ICP) tak kunjung turun hingga menyentuh level di atas asumsi harga minyak yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 sebesar US$100 per barel. Di sisi lain, harga jual eceran (HJE) energi untuk masyarakat tak berubah.
“Jadi waktu kami membuat Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 yang sudah dibahas dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dengan harga minyak US$100/barel, jelas menurut forecast dari konsensus maupun dari energi organization itu US$100/barel itu lebih rendah dari kemungkinan realisasi. Hari ini pun kita juga lihat harga minyak juga masih di atas US$100,” ujar Sri, dikutip Minggu (28/8).
Tren harga minyak terus mengalami kenaikan. Outlook harga minyak sampai dengan akhir tahun yang diterbitkan oleh Energy Information Administration (EIA) berada di level US$104,8/barel dan berdasarkan forecast konsensus harga minyak bahkan mencapai US$105 per barel.
Sementara HJE energi untuk masyarakat tidak berubah lantaran subsidi yang digelontorkan oleh pemerintah. Menurut Sri, HJE jauh lebih rendah dibandingkan harga keekonomiannya. Saat ini harga solar sebesar Rp5.150 per liter. Jika menggunakan ICP US$105 dan kurs rupiah Rp14.700 per dolar Amerika Serikat (AS), maka harga solar harusnya di Rp13.950 per liter.
“Jadi harga yang dijual kepada masyarakat itu hanya 37%-nya. Artinya masyarakat dan seluruh perekonomian mendapatkan subsidi 63% dari harga keekonomiannya atau harga riilnya. Itu Rp8.800 per liter,” jelas Sri.
Kemudian untuk Pertalite yang saat ini berada pada harga Rp7.650 per liter, maka dengan ICP US$105 dan kurs nilai tukar Rp14.700 harga keekonomiannya seharusnya Rp14.450 per liter. Artinya, harga Pertalite sekarang ini hanya 53% dari yang seharusnya.
Selanjutnya untuk Pertamax pun yang sekarang harganya di Rp12.500 per liter, seharusnya memiliki harga Rp17.300 per liter.
“Jadi bahkan Pertamax sekalipun yang dikonsumsi oleh mobil-mobil yang biasanya bagus, berarti yang pemiliknya juga mampu, itu setiap liternya mereka mendapatkan subsidi Rp4.800,” tutur Sri.
Adapun elpiji yang sekarang harga jual per kilogram (kg) adalah Rp4.250 kalau mengikuti harga saat ini harusnya berada di angka Rp18.500 per kg. Jadi setiap kg elpiji, konsumen mendapatkan subsidi Rp14.250.
“Jadi kalau setiap kali beli elpiji 3kg, kami bayangkan maka mereka mendapatkan Rp42.000 lebih,” tutur Sri.