close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kendaraan listrik berbasis hidrogen. Foto Freepik.
icon caption
Ilustrasi kendaraan listrik berbasis hidrogen. Foto Freepik.
Bisnis
Jumat, 24 November 2023 10:51

Hidrogen: Lebih murah dari bensin dan nol emisi, tapi...

Bahan bakar hidrogen disebut lebih hemat ketimbang bensin dan kendaraan listrik berbasis baterai.
swipe

Indonesia telah mengumumkan akan memenuhi net zero emission (NZE) maksimal pada tahun 2060. Penurunan emisi dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik berbasis hidrogen. 

PT PLN (Persero) menyebut bakal menghadirkan Hydrogen Refueling Station (HRS) atau stasiun pengisian hidrogen pertama di Indonesia. Upaya pengembangan HRS ini menyusul diresmikannya 21 unit green hydrogen plant (GHP) yang tersebar di Indonesia pada Senin (20/11). 

Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, Hartanto Wibowo mengatakan, dalam rangka transisi energi, strategi utama yang ingin dijalankan pemerintah adalah dengan mengurangi energi berbasis impor menjadi energi domestik. Yakni dengan berpindah dari penggunaan energi fosil ke energi yang bersih dan ramah lingkungan, seperti listrik dan green hydrogen.

“Dalam rangka mencapai NZE kita akan melakukan berbagai upaya, selain penggunaan listrik PLN juga mendorong penggunaan alternatif energi hijau lainnya berbasis hidrogen. Memang untuk sektor transportasi ada dua opsi, yaitu penggunaan mobil listrik yang berbasis baterai (BEV) dan mobil listrik yang berbasis hidrogen (FCEV),” tutur Hartanto.

Direktur Utama PLN Indonesia Power (PLN IP) Edwin Nugraha Putra mengatakan diresmikannya 21 unit GHP akan menambah kapasitas excess produksinya yang digunakan untuk HRS pertama di Indonesia. Produk GHP nantinya disimpan di dalam tabung bertekanan 156 bar kemudian dikirimkan ke pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Senayan menggunakan truk hidrogen sebagai supply utama pada HRS.

“Ke depan GHP yang ada ini akan kami kembangkan di pembangkit-pembangkit kami, khususnya yang sejenis, sehingga produksinya bisa semakin besar dan menambah hydrogen refueling station di sejumlah daerah,” ucap Edwin.

Bahan bakar berbasis hidrogen ini disebut lebih hemat ketimbang bensin dan kendaraan listrik berbasis baterai. Edwin menghitung, untuk 1 liter bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dengan nilai oktan 98 (RON 98) dan harga sekitar Rp16.500 mampu menempuh jarak 10 kilometer (km). Sehingga, konsumen harus merogoh kocek Rp1.650 per km. 

Adapun kendaraan listrik berbasis baterai, setiap daya 1 kilowatt-hour (KWh) bisa menempuh 10 km dengan biaya sekitar Rp3.700 atau Rp370 per km.

"Tapi kalau pakai hidrogen power plan itu produksinya 1 kilogram (kg) yang juga bisa menempuh 10 km hanya Rp3500, artinya hanya Rp350 per km. Jadi penghematannya luar biasa sekali Rp350 dibandingkan kalau memakai bensin Rp1.650 per km," tutur Edwin, dikutip Jumat (24/11). 

Nol emisi

Periset Ahli Utama, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eniya Listiani Dewi mengatakan ekosistem pengembangan green hydrogen di tanah air memang harus segera dibentuk. Dirinya menilai potensinya sangat besar karena juga berpeluang masuk pada rantai pasok hidrogen dunia.

“PLN sudah punya banyak lokasi (GHP) dan kemitraannya juga sudah terbangun. Kita bisa membuat (hydrogen refueling station) dari Jakarta sampai ke arah Patimban, karena di sana ada greenport dan potensi ini bisa menghadirkan hydrogen highway,” tuturnya. Dia yakin, permintaan hidrogen untuk transportasi akan meningkat.

Sementara, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengamini. Menurutnya, green hydrogen memiliki potensi yang cukup besar di Indonesia asalkan sumber untuk membuatnya berasal dari energi yang rendah karbon.

Dia menyebut ada dua jenis hidrogen yang digunakan oleh berbagai negara, yakni grey hydrogen yang masih menggunakan gas atau fosil sebagai bahan bakunya. Lalu, green hydrogen yang prosesnya tidak lagi menggunakan gas alam.

Di Afrika Selatan, green hydrogen menjadi salah satu prioritas dalam transisi energi berkeadilan atau Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk dekarbonisasi transportasi khususnya menggantikan solar nelayan. Sedangkan di Inggris, hidrogen sudah digunakan untuk menggantikan mobil berbahan bakar BBM.

"Progres dari hidrogen ini sangat cepat, bahkan transisi dari mobil BBM ke hidrogen diperkirakan lebih memungkinkan dibandingkan kendaraan listrik," ujarnya kepada Alinea.id.

Salah satu faktornya, lanjutnya, rantai pasok baterai kendaraan listrik masih menggunakan material yang diperoleh dari pertambangan ekstraktif, memiliki tingkat emisi karbon yang tinggi pada saat proses smelter dan sumber listrik utama di Indonesia masih gunakan batubara. Perusahaan otomotif khususnya pabrikan Jepang juga dinilai lebih tertarik masuk ke transisi hidrogen dibandingkan kendaraan listrik.

Bhima mengatakan green hydrogen sebagai sumber energi ini memiliki keunggulan karena bisa 100% nol emisi. Namun sayangnya, baterai penyimpanan listrik masih menggunakan nikel dan bahan tambang lain yang menyumbang emisi.

"Memang dibandingkan BBM jauh sekali lebih rendah emisinya menggunakan green hydrogen," sebutnya.

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan