Hijaunya laba bisnis tanaman hias lewat marketplace
Semasa kanak-kanak, Patricia Aristo (31) sering melihat ibundanya mengurus tanaman di teras rumah keluarga. Kala itu, ia membenci kegiatan berkebun yang dianggapnya kotor. Namun, lambat laun rasa benci tersebut berubah menjadi suka ketika Patricia dan keluarganya pindah rumah.
Sang ibu memintanya untuk memelihara tanaman yang dapat mengurangi polusi udara. Tanpa berpikir panjang, ia pun mengikuti saran ibunya.
“Akhirnya aku coba dan itu benar-benar bikin beda suasana rumah, debunya juga makin berkurang. Waktu itu tanamannya Sansevieria atau lidah mertua. Sejak itu mulai hobi. Aku hobi belajar bercocok tanam dan share di Instagram. Waktu itu enggak ada yang suka tanaman, belum kayak sekarang,” tuturnya kepada Alinea.id beberapa waktu yang lalu.
Berawal dari rasa cinta terhadap tanaman, ibu satu anak itu lalu memutuskan untuk menjajakan koleksinya. Awalnya ia iseng menjual tanaman Monstera yang dipeliharanya pada 2016. Tanaman itu dijajakannya di toko daring Shop with Sky melalui platform marketplace Tokopedia.
Kala itu, ialah satu-satunya orang yang menjual tanaman asal Amerika Selatan tersebut di Tokopedia. Sayang, tanaman tersebut tak kunjung diminati oleh para pembelinya.
“Sampai 11 Agustus 2016, tiba-tiba ada satu yang beli. Monstera-nya aku sayang banget, tapi aku relain. Bagaimana sih rasanya pelihara setahun, terus tiba-tiba dijual? Tapi, aku terlanjur posting di Tokopedia waktu itu. Aku relain saja. Pembeli itu lalu posting di Instagram dan ternyata banyak influencer mau beli,” terangnya.
Sebenarnya, toko daring Shop with Sky tak dibuka untuk berjualan tanaman. Menurut Patricia, semula ia membuka toko daring untuk berdagang barang-barang bekas (second hand stuff). Kala itu, ia tak melirik bisnis tanaman lantaran menganggap berkebun sebagai hobi semata.
“Intinya tanaman kalau dapat tempat yang pas, penyiraman pas, dia akan tumbuh sendiri. Tugas kita hanya menyiapkan lingkungan untuk bikin tanaman tersebut nyaman,” katanya.
Melihat peluangnya yang menjanjikan, Shop with Sky kini fokus sepenuhnya untuk menjual tanaman hias dan peralatan berkebun. Usahanya lalu berkembang. Sekarang, Patricia memiliki sebuah gerai di Ruko Kahfi One, Jagakarsa, Jakarta Selatan dan kebun bibit (nursery) di sejumlah daerah.
“Kalau enggak ada Tokopedia, maka enggak ada Shop with Sky,” katanya.
Naik daun kala pandemi
Pandemi Covid-19 mendorong perkembangan hobi rumahan seperti berkebun. Hal ini tentu membawa berkah bagi Shop with Sky. Patricia mengungkapkan tokonya mengalami kenaikan penjualan 3-4 kali lipat dibandingkan sebelum pandemi lewat penjualannya di marketplace Tokopedia.
“Selama pandemi amazingly (luar biasa) pot, media tanam, dan pupuk paling laris. Orang-orang tiba-tiba lebih memperhatikan, lebih penasaran cara bercocok tanam sendiri. Satu atau dua tahun lalu, penjualan lebih banyak jenis tanaman seperti tanaman koleksi. Sekarang masih banyak juga sih, tapi aku lihat newbie (pemula) lebih banyak mencari pot, pupuk, dan media tanam,” jelasnya.
Adapun jenis tanaman hias yang digandrungi para pelanggan adalah Philodendron, Syngonium, dan Monstera. Ketiga jenis tanaman tersebut memang tengah naik daun di kalangan pecinta tanaman hias.
Patricia bahkan mengaku kesulitan memenuhi permintaan tanaman hias di kala pandemi lantaran terbatasnya pasokan dari petani dan semakin banyaknya pelaku usaha yang terjun ke bisnis tanaman hias. Hal ini menyebabkan kenaikan harga tanaman hias selama pagebluk.
“Kesulitannya adalah cara operational excellence di saat pembeli tambah banyak dan tuntutannya lebih luar biasa. Mungkin karena mereka di rumah, jadi sebentar-sebentar cek pesanannya sudah dikirim atau belum. Kalau dulu, pembeli orang kantoran pesan sekarang, besok diterima. Itu tantangan buat kami untuk keep up (mempertahankan) operasional dan pelayanan,” katanya.
Strategi bisnis
Patricia menjelaskan strategi bisnisnya terdiri dari tiga rumus, yakni tanamannya happy, pembelinya happy, dan timnya happy. Hal ini dilakukannya mulai dari pembibitan tanaman di nursery hingga diterima di tangan pelanggan.
Oleh karena itu, pihaknya mengemas tanaman sedemikian rupa sehingga tidak mudah rusak dan nyaman dibawa oleh kurir yang mengantarkannya. Pada akhirnya, pelanggan menerima tanaman pesanannya dengan rapi sesuai ekspektasinya.
“Strategi saat pandemi dan enggak pandemi sebenarnya tetap sama karena dari dulu kami fokus ke customer, tidak ke tren dan kompetitor. Kami sekarang baca pergerakan market. Kalau marketnya lebih banyak aksesoris bertanam, maka kami provide (sediakan) itu,” katanya.
Menurutnya, konsistensi pasokan dan kepercayaan pelanggan menjadi kunci dalam menjalankan bisnis. Untuk menjamin ketersediaan stok tanaman, pihaknya memiliki nursery sendiri untuk memasok permintaan konsumennya.
“Kalau yang kami kembangbiakkan sendiri stabil sih. Misalnya Syngonium, sekarang harganya sudah tiga digit. Dulu sekitar Rp25.000, sekarang Rp225.000. Sekalipun kami bisa jual mahal, kami enggak ikut menaikkan harga karena dikembangkan sendiri dan kami jaga harganya tetap murah, meskipun pasaran naik-turun. Kami jaga konsistensi, kalaupun harganya naik, kami hanya naik dikit,” tuturnya.
Di sisi lain, lini bisnis penyewaan tanaman dan proyek pertamanan yang dikelola oleh Shop with Sky juga lesu akibat pandemi. Oleh karena itu, Patricia dan timnya fokus kepada penjualan ritel. Dia mengklaim penjualan ritel mampu menutupi kehilangan omzet dari bisnis penyewaan tanaman dan proyek pertamanan.
“Untuk Shop with Sky, tidak fokus ekspor dulu. Kami lagi fokus di market Indonesia. Sekalipun permintaannya sudah ada, tapi aku enggak mau ambil. Itu sih buat produsen-produsen tanaman lain. Mereka bukan berjualan online, tapi mereka memang produsen tanaman,” ungkapnya.
Patricia berkeinginan untuk membuka lapangan kerja baru seiring kian meningkatnya permintaan pasar. Hal ini sejalan dengan fokusnya merambah pasar ritel. Meskipun selisih harga yang ditawarkan lebih kecil, kata dia, pasar ritel mampu mempekerjakan lebih banyak orang.
Selain itu, Shop with Sky sedang menjajaki pembukaan gerai baru di area Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Patricia dan timnya tengah mencari rekan dan lokasi yang tepat untuk calon gerai barunya.
“Harapannya bisa tetap running konsisten saja dan kami bisa benar-benar lebih banyak membantu banyak orang untuk memahami dan mengenal tanaman. Kami tidak hanya fokus jualan saja, tapi bisa kasih value dan educate kepada lebih banyak orang, sehingga bisa merawat tanaman lebih happy di rumah,” ujarnya.