close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
icon caption
Bisnis
Kamis, 01 Oktober 2020 07:05

Hijaunya laba bisnis tanaman hias lewat marketplace

Shop with Sky mencatat kenaikan penjualan 3-4 kali lipat melalui bisnis tanaman hias.
swipe

Semasa kanak-kanak, Patricia Aristo (31) sering melihat ibundanya mengurus tanaman di teras rumah keluarga. Kala itu, ia membenci kegiatan berkebun yang dianggapnya kotor. Namun, lambat laun rasa benci tersebut berubah menjadi suka ketika Patricia dan keluarganya pindah rumah.

Sang ibu memintanya untuk memelihara tanaman yang dapat mengurangi polusi udara. Tanpa berpikir panjang, ia pun mengikuti saran ibunya.

“Akhirnya aku coba dan itu benar-benar bikin beda suasana rumah, debunya juga makin berkurang. Waktu itu tanamannya Sansevieria atau lidah mertua. Sejak itu mulai hobi. Aku hobi belajar bercocok tanam dan share di Instagram. Waktu itu enggak ada yang suka tanaman, belum kayak sekarang,” tuturnya kepada Alinea.id beberapa waktu yang lalu.

Berawal dari rasa cinta terhadap tanaman, ibu satu anak itu lalu memutuskan untuk menjajakan koleksinya. Awalnya ia iseng menjual tanaman Monstera yang dipeliharanya pada 2016. Tanaman itu dijajakannya di  toko daring Shop with Sky melalui platform marketplace Tokopedia.

Kala itu, ialah satu-satunya orang yang menjual tanaman asal Amerika Selatan tersebut di Tokopedia. Sayang, tanaman tersebut tak kunjung diminati oleh para pembelinya.

“Sampai 11 Agustus 2016, tiba-tiba ada satu yang beli. Monstera-nya aku sayang banget, tapi aku relain. Bagaimana sih rasanya pelihara setahun, terus tiba-tiba dijual? Tapi, aku terlanjur posting di Tokopedia waktu itu. Aku relain saja. Pembeli itu lalu posting di Instagram dan ternyata banyak influencer mau beli,” terangnya.

Sebenarnya, toko daring Shop with Sky tak dibuka untuk berjualan tanaman. Menurut Patricia, semula ia membuka toko daring untuk berdagang barang-barang bekas (second hand stuff). Kala itu, ia tak melirik bisnis tanaman lantaran menganggap berkebun sebagai hobi semata.

“Intinya tanaman kalau dapat tempat yang pas, penyiraman pas, dia akan tumbuh sendiri. Tugas kita hanya menyiapkan lingkungan untuk bikin tanaman tersebut nyaman,” katanya.

Melihat peluangnya yang menjanjikan, Shop with Sky kini fokus sepenuhnya untuk menjual tanaman hias dan peralatan berkebun. Usahanya lalu berkembang. Sekarang, Patricia memiliki sebuah gerai di Ruko Kahfi One, Jagakarsa, Jakarta Selatan dan kebun bibit (nursery) di sejumlah daerah.

“Kalau enggak ada Tokopedia, maka enggak ada Shop with Sky,” katanya.

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Pas banget setaun lalu bulan January 2018, I told myself, no matter what, you have to start sharing about plants via workshops. Dannnn senang banget setelah satu tahun berakhir, gak kerasa @shopwithsky udah bikin 4 workshop reguler yg selalu sold out tiketnya di 2018. Di tengah2 proyek dan running ecommerce, workshop sangat menyenangkan karena bisa ketemu langsung dan belajar sama2. For me yg very introvert I never have thought I can actually teach in classroom situation ???????? Looking forward to 2019 - should start making goals yg lebih berani... because who knows when you do your part, and God shows favour, it might just happen. #notetoself

Sebuah kiriman dibagikan oleh Patricia Aristo (@patsytond) pada

 

Naik daun kala pandemi

Pandemi Covid-19 mendorong perkembangan hobi rumahan seperti berkebun. Hal ini tentu membawa berkah bagi Shop with Sky. Patricia mengungkapkan tokonya mengalami kenaikan penjualan 3-4 kali lipat dibandingkan sebelum pandemi lewat penjualannya di marketplace Tokopedia. 
 
“Selama pandemi amazingly (luar biasa) pot, media tanam, dan pupuk paling laris. Orang-orang tiba-tiba lebih memperhatikan, lebih penasaran cara bercocok tanam sendiri. Satu atau dua tahun lalu, penjualan lebih banyak jenis tanaman seperti tanaman koleksi. Sekarang masih banyak juga sih, tapi aku lihat newbie (pemula) lebih banyak mencari pot, pupuk, dan media tanam,” jelasnya.

 

 

Adapun jenis tanaman hias yang digandrungi para pelanggan adalah Philodendron, Syngonium, dan Monstera. Ketiga jenis tanaman tersebut memang tengah naik daun di kalangan pecinta tanaman hias.

Patricia bahkan mengaku kesulitan memenuhi permintaan tanaman hias di kala pandemi lantaran terbatasnya pasokan dari petani dan semakin banyaknya pelaku usaha yang terjun ke bisnis tanaman hias. Hal ini menyebabkan kenaikan harga tanaman hias selama pagebluk.

“Kesulitannya adalah cara operational excellence di saat pembeli tambah banyak dan tuntutannya lebih luar biasa. Mungkin karena mereka di rumah, jadi sebentar-sebentar cek pesanannya sudah dikirim atau belum. Kalau dulu, pembeli orang kantoran pesan sekarang, besok diterima. Itu tantangan buat kami untuk keep up (mempertahankan) operasional dan pelayanan,” katanya.

Strategi bisnis

Patricia menjelaskan strategi bisnisnya terdiri dari tiga rumus, yakni tanamannya happy, pembelinya happy, dan timnya happy. Hal ini dilakukannya mulai dari pembibitan tanaman di nursery hingga diterima di tangan pelanggan.

Oleh karena itu, pihaknya mengemas tanaman sedemikian rupa sehingga tidak mudah rusak dan nyaman dibawa oleh kurir yang mengantarkannya. Pada akhirnya, pelanggan menerima tanaman pesanannya dengan rapi sesuai ekspektasinya.

“Strategi saat pandemi dan enggak pandemi sebenarnya tetap sama karena dari dulu kami fokus ke customer, tidak ke tren dan kompetitor. Kami sekarang baca pergerakan market. Kalau marketnya lebih banyak aksesoris bertanam, maka kami provide (sediakan) itu,” katanya.

Menurutnya, konsistensi pasokan dan kepercayaan pelanggan menjadi kunci dalam menjalankan bisnis. Untuk menjamin ketersediaan stok tanaman, pihaknya memiliki nursery sendiri untuk memasok permintaan konsumennya.

“Kalau yang kami kembangbiakkan sendiri stabil sih. Misalnya Syngonium, sekarang harganya sudah tiga digit. Dulu sekitar Rp25.000, sekarang Rp225.000. Sekalipun kami bisa jual mahal, kami enggak ikut menaikkan harga karena dikembangkan sendiri dan kami jaga harganya tetap murah, meskipun pasaran naik-turun. Kami jaga konsistensi, kalaupun harganya naik, kami hanya naik dikit,” tuturnya.

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Syngonium: satu tanaman penuh pesona ???????? . Satu lagi tanaman yang ga boleh dilewatkan buat dibahas nih: Syngonium. Untuk yang di foto persisnya adalah jenis Syngonium pink splash allusion. Selain Pothos (sirih gading) dan Sansevieria Trifasciata (lidah mertua), Syngonium ada di top list tanaman yang diandalkan untuk menyerap racun dan menghasilkan kualitas udara yang lebih baik. ???? Kemampuan Syngonium sebagai anti polutan bukan hanya isapan jempol lho, karena lembaga sekelas NASA dan berbagai organisasi lain yang melakukan penelitian menyimpulkan bahwa Synogonium terbukti dapat menyerap komponen polusi udara dalam ruangan, juga mengurangi mikroba di udara. Yes, sekeren itu! ???? . Ga berhenti sebagai air purifying plant, syngonium sering diperhitungkan sebagai tanaman Feng shui. Penempatan syngonium di depan sudut tajam dipercaya mendatangkan energi baik ????????✨ . Tentang perawatan, sekali lagi syngonium punya pesonanya sendiri. Tanaman satu ini dianggap sebagai hard-to-kill plant, karena mampu tumbuh tanpa terlalu banyak perawatan yang rumit. It’s good for those who cannot tend too much care to live plants, right? ???? . Karakter hard-to-kill plant juga terlihat dengan bagaimana Syngonium tetap tumbuh bahkan di kondisi yang minim cahaya. Paparan sinar matahari langsung justru berisiko untuk menghanguskan daun. Tentang penyiraman, cukup jaga kelembapan tanah selama periode pertumbuhan ???? . ???? Sebagai tips tambahan, bersihkan daun Syngonium setiap dua minggu untuk membebaskannya dari akumulasi debu. Dan di musim kemarau, #plantparent perlu memangkas daun untuk menstimulus pertumbuhan baru dan membuat tanaman lebih lebat. Dengan sebegitu banyak pesonanya, ga heran Syngonium jadi salah satu Best Seller di Shop with Sky lho ???? . Pembersih udara, daun yang cantik dan lebat cocok sebagai unsur dekoratif rumah, sempurna secara feng shui, dan mudah dirawat. What’s better than this? . #shopwithsky_tipstanaman

Sebuah kiriman dibagikan oleh Living With Plants Happily (@shopwithsky) pada

 

Di sisi lain, lini bisnis penyewaan tanaman dan proyek pertamanan yang dikelola oleh Shop with Sky juga lesu akibat pandemi. Oleh karena itu, Patricia dan timnya fokus kepada penjualan ritel. Dia mengklaim penjualan ritel mampu menutupi kehilangan omzet dari bisnis penyewaan tanaman dan proyek pertamanan.

“Untuk Shop with Sky, tidak fokus ekspor dulu. Kami lagi fokus di market Indonesia. Sekalipun  permintaannya sudah ada, tapi aku enggak mau ambil. Itu sih buat produsen-produsen tanaman lain. Mereka bukan berjualan online, tapi mereka memang produsen tanaman,” ungkapnya.

Patricia berkeinginan untuk membuka lapangan kerja baru seiring kian meningkatnya permintaan pasar. Hal ini sejalan dengan fokusnya merambah pasar ritel. Meskipun selisih harga yang ditawarkan lebih kecil, kata dia, pasar ritel mampu mempekerjakan lebih banyak orang.

Selain itu, Shop with Sky sedang menjajaki pembukaan gerai baru di area Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Patricia dan timnya tengah mencari rekan dan lokasi yang tepat untuk calon gerai barunya.

“Harapannya bisa tetap running konsisten saja dan kami bisa benar-benar lebih banyak membantu banyak orang untuk memahami dan mengenal tanaman. Kami tidak hanya fokus jualan saja, tapi bisa kasih value dan educate kepada lebih banyak orang, sehingga bisa merawat tanaman lebih happy di rumah,” ujarnya.


                                                                                                                                         
  
 

img
Syah Deva Ammurabi
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan