Ketua Himpunan Bank Negara (Himbara) sekaligus Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso mengingatkan bank untuk tetap berhati-hati meskipun memiliki rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) rendah.
Sunarso menjelaskan, NPL yang terjaga memang menunjukkan kebijakan relaksasi yang diterapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) efektif. Namun, rendahnya NPL perbankan tersebut merupakan akibat dari kebijakan semata.
"Substansinya apakah benar risikonya serendah itu? Itu yang harus menjadi tanggung jawab kita," ujar Sunarso dalam diskusi CEO Networking secara virtual, Selasa (24/11).
Dia melanjutkan, saat ini perbankan tidak bisa hanya mengandalkan rasio NPL sebagai patokan untuk melihat kualitas kredit. Menurutnya, perbankan juga harus fokus pada loan at risk.
Sunarso menuturkan, saat ini prinsip kehati-hatian harus dijaga oleh perbankan. Artinya, bank tidak harus menggebu-gebu mengejar laba.
"Kalau ada pendapatan itu baik. Akan tetapi, lebih bijak kalau pendapatan juga disimpan, tidak hanya untuk meng-cover NPL, tetapi yang potensial menjadi NPL. Saat seperti ini nyari selamat dulu, untung kemudian," kata dia.
Hingga saat ini, dia mengamati manajemen risiko perbankan semakin siap dan sigap. Menurutnya memang ada perbankan yang mengalami pemburukan, tetapi, trennya telah mulai ada titik balik.
"Meskipun masih ada ketidakpastian di depan termasuk perkembangan vaksin, tetapi titik baliknya sudah kelihatan," tutur dia.