close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pada perdagangan Kamis (26/4), IHSG ditutup anjlok 2,81% ke level 5.909,19 terendah sejak akhir tahun lalu.  / Istimewa
icon caption
Pada perdagangan Kamis (26/4), IHSG ditutup anjlok 2,81% ke level 5.909,19 terendah sejak akhir tahun lalu. / Istimewa
Bisnis
Kamis, 26 April 2018 18:52

IHSG anjlok 3%, Bos BEI optimistis tak seperti 1998

PT Bursa Efek Indonesia optimistis penurunan Indeks harga saham gabungan (IHSG) tidak akan seperti pada 1998 dan 2016.
swipe

PT Bursa Efek Indonesia optimistis penurunan Indeks harga saham gabungan (IHSG) tidak akan seperti pada 1998 dan 2016.

Direktur Utama BEI Tito Sulistyo mengatakan IHSG memang tengah terkoreksi akibat ketidakpastian global. Namun, penurunan yang terjadi hari ini tidak perlu dikhawatirkan berlebihan.

"IHSG tidak akan seperti 1998. Penurunan pernah terjadi pada 16-23 Desember 2016 sampai 3,9%. Saat itu ada Pemilu Amerika Serikat, tetapi setelah itu naik 5% lebih," kata dia dalam konferensi pers di Gedung BEI, Kamis (26/4).

Menurut dia, tekanan kepada lantai bursa Indonesia terjadi tidak sendirian. Sejumlah bursa utama dunia juga turut tertekan.

Ketidakpastian global menjadi salah satu faktor utama dalam fluktuasi lantai bursa. Baginya, tidak ada yang mampu memberikan garansi untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian dunia.

"Uncertainty perdagangan dunia, nilai mata uang, itu sangat berpengaruh," tuturnya.

Kendati demikian, Tito masih optimistis pasar modal Tanah Air masih diminati investor. Sebab, dana investor asing masih berada di Indonesia, terutama hanya ada perpindahan portofolio surat utang negara, produk pasar modal, jumlah investor masih dalam kondisi yang bagus.

Pada perdagangan Kamis (26/4), IHSG ditutup anjlok 2,81% ke level 5.909,19 terendah sejak akhir tahun lalu. Bahkan, IHSG sempat terkoreksi 3% meninggalkan level psikologis 6.000 pada level 5.894,15.

Koreksi IHSG terjadi saat bursa saham di kawasan regional ditutup bervariasi. Indeks Nikkei Jepang menguat 0,47%, indeks Strait Times Singapura naik 0,08%, indeks Kospi naik 1,1%, indeks KLCI Malaysia naik 0,02%, indeks Shanghai China turun 1,35%, indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,06%, dan indeks SET Thailand turun 0,21%.

Pelaku pasar cukup ramai dengan transaksi mencapai 11,72 miliar lembar saham dengan nilai Rp8,92 triliun. Penurunan IHSG membuat kapitalisasi pasar alias market capitalization turut merosot ke level Rp6.566 triliun.

Tekanan IHSG hari ini membuat koreksi sejak awal tahun semakin dalam mencapai 7,02%. Begitu pula dengan Indeks LQ45 yang hari ini merosot 3,57% dan memperdalam koreksi 12,61% year-to-date (ytd).

Jebloknya IHSG terjadi seiring keluarnya pelaku pasar asing dari lantai bursa. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp1,3 triliun dan mempertebal capaian net sell sejak awal tahun menjadi Rp32,95 triliun.

Seluruh sektor di BEI ditutup pada zona merah dengan saham pertambangan terkoreksi paling dalam sebesar 3,46%. Sedangkan, koreksi paling rendah terjadi pada aneka industri yang turun 1,25%.

Koreksi IHSG terjadi seiring dengan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Kurs tengah Bank Indonesia mematok nilai tukar rupiah jeblok pada level Rp13.930 per dollar AS, jauh lebih lemah dari hari sebelumnya Rp13.888 per dollar AS.

Akan tetapi, di pasar spot, kurs rupiah berhasil meninggalkan level Rp13.900 dan parkir pada Rp13.885 per dollar AS. Pada akhir perdagangan, rupiah akhirnya berhasil menguat 0,24% dibandingkan dengan hari sebelumnya.

img
Sukirno
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan