Jumlah dan volume transaksi pelaku pasar yang terus bertambah usai libur tahun baru ternyata belum cukup menopang pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Diketahui, pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, (4/1) turun 9,91 poin atau 0,16% menjadi 6.211,09.
Analis Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi, mengatakan dirinya sudah memprediksi peluang IHSG untuk bergeser ke zona merah sangat kuat. Pasalnya, secara teknikal IHSG sudah berada di area jenuh beli (overbought).
Karena sebab itu, kata Lanjar, jumlah dan volume transaksi saat ini umumnya tak akan sebanyak perdagangan sebelumnya. Hal itulah yang mendorong pelemahan indeks.
"Akibatnya, IHSG bergerak terkonsolidasi bahkan cenderung tertekan dan rentan,” kata Lanjar pada Jumat, (4/1).
Sementara Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper Jordan, mengatakan pergerakan laju IHSG masih dipengaruhi dari segi eksternal. Beberapa pelaku pasar masih mengantisipasi sentimen data ekonomi Amerika Serikat (AS) berupa upah non pertanian yang baru akan dirilis.
Berbeda dengan Dennies, pendiri yang juga sekaligus Direktur Jagartha Advisors, FX Iwan, mengatakan IHSG hari ini akan lebih dipengaruhi oleh sentimen dari dalam negeri. Sektor konsumer dinilainya bakal mempengaruhi laju IHSG lantaran saat ini mendekati perhelatan pemilu 2019.
Juga adanya potensi peningkatan belanja sosial pemerintah pada APBN 2019. Dengan demikian, hal tersebut diharap bisa meningkatkan belanja masyarakat.
Berdasarkan data RTI Infokom, IHSG kemarin ditutup menguat 0,64 persen atau 39,83 poin ke level 6.221. Transaksi beli pelaku pasar kembali meramaikan pasar saham, sehingga mereka masih membukukan beli bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp74,06 miliar.
Kondisi ini tak sejalan dengan bursa saham Wall Street yang anjlok tadi malam. Hal itu terlihat pada Dow Jones yang terkoreksi 2,83%, S&P500 2,48%, dan Nasdaq Composite mencapai 3,04%.