Pasar saham diprediksi menghijau di akhir tahun. Longgarnya kondisi global dan stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diramal mengerek pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memperkirakan IHSG akan mencapai level 7.800 di akhir tahun 2024.
Director dan Chief Investment Officer, Fixed Income MAMI, Ezra Nazula menyebut, siklus pelonggaran moneter global telah dimulai. Sejumlah bank sentral di beberapa negara maju bahkan telah memangkas suku bunga sejak kuartal I-2024 yang dilakukan untuk berbagai tujuan. Yakni, guna merespons inflasi yang terkendali seperti yang dilakukan Swiss, Kanada, zona Euro, dan Inggris Raya.
Kemudian, menjaga keseimbangan nilai tukar dilakukan oleh Denmark; dan karena pelemahan permintaan domestik yang dilakukan Swedia.
Adapun normalisasi inflasi dijadikan pertimbangan pemangkasan suku bunga bagi negara-negara berkembang di Amerika Latin, yakni Brasil, Kolombia, dan Cile, serta Eropa Tengah-Timur, yakni Hungaria, Ceko, dan Rumania.
Sementara dari Amerika Serikat (AS), yang menjadi salah satu pusat ekonomi dunia, bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di bulan Juli telah mengindikasikan potensi pemangkasan suku bunga, yaitu Fed Fund Rate (FFR) pada September semakin terbuka. Secara eksplisit, The Fed juga mulai memperhatikan risiko pelemahan sektor tenaga kerja, dan menyatakan ke depannya akan memberikan fokus yang seimbang antara faktor inflasi dan sektor tenaga kerja.
Menurutnya, meningkatnya optimisme pemangkasan suku bunga The Fed yang semakin mendekat, tecermin di pasar surat utang AS, US Treasury (UST), di mana imbal hasil UST tenor pendek turun lebih banyak dibandingkan tenor panjang. Selisih imbal hasil antara tenor 10 tahun dan 2 tahun juga semakin menipis, berada pada level terendah sejak kenaikan FFR agresif di 2022.
"Perubahan ekspektasi suku bunga juga terlihat dampaknya pada dolar AS yang mulai melemah terhadap mata uang lainnya,” tuturnya, dalam acara Indonesia Market Update: Wind of Change yang disiarkan secara daring, Rabu (14/8)
Di dalam negeri, Chief Economist dan Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan mengatakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) berpeluang dipangkas. Meredanya tekanan pada rupiah dan kembalinya arus dana asing ke pasar domestik menjadi faktor pendukung bagi kebijakan BI.
Inflasi domestik turun ke batas bawah target dan konsumsi domestik yang cenderung lemah diprediksi menjadi pertimbangan utama BI untuk menurunkan suku bunga. Namun di sisi lain, besaran pemangkasan suku bunga oleh BI diperkirakan lebih konservatif dibandingkan pemangkasan suku bunga The Fed.
“Hal ini dilakukan untuk memperlebar selisih suku bunga dengan AS demi menjaga stabilitas rupiah. Hingga akhir 2025, pasar memperkirakan BI Rate akan turun 100 basis poin (bps) dan suku bunga The Fed turun sebesar 150 bps,” kata Katarina.
Saham rekomendasi
Chief Investment Officer, Equity MAMI Samuel Kesuma menyebut minat terhadap pasar saham domestik sejauh ini terpukul oleh era suku bunga tinggi. Alhasil, membuat risk-free asset menjadi sangat menarik. Seiring siklus penurunan suku bunga, kondisi akan berubah dan membuat pasar saham kembali atraktif dilihat dari sudut pandang risk-return yang ditawarkan.
“Hal ini didukung oleh harapan kebijakan pro-pertumbuhan pemerintahan baru. Minat investor terlihat meningkat, terutama dari investor asing yang sudah lebih dulu berinvestasi ke pasar dan membuat posisi arus dana asing kembali positif,” katanya.
Saat ini, lanjut Samuel, ada beberapa sektor yang bisa menjadi pertimbangan. Sektor finansial menjadi yang berpotensi diuntungkan oleh masuknya arus dana asing. Biasanya, saham berkapitalisasi besar akan menjadi pilihan pertama investor asing. Selain itu, likuiditas perbankan mulai terlihat stabil.
Sektor lainnya yang menarik adalah telekomunikasi, baik perusahaan penyedia jasa atau operator maupun menara atau tower. Selain itu, dari sisi valuasi juga dipandang masih tetap menarik.
Terakhir, sektor consumer staples atau yang lebih dikenal dengan fast-moving consumer goods (FMCG), yaitu sektor-sektor yang memproduksi barang-barang kebutuhan harian.
PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebelumnya memprediksi IHSG hingga tahun ini berada di 7.585.
Head of Investment Solution Mirae Asset Roger MM, dikutip Antara, memperkirakan The Fed bakal menurunkan suku bunga acuannya yaitu FFR sebesar 25-50 basis poin (bps) pada September dan secara total akan memangkasnya maksimal 125 bps hingga akhir tahun ini.