close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi asuransi.
icon caption
Ilustrasi asuransi.
Bisnis
Selasa, 29 Mei 2018 12:42

IHSG jeblok, pendapatan industri asuransi jiwa susut 7,8%

Merosotnya hasil investasi menjadi penyebab turunnya pendapatan pada periode ini.
swipe

Industri asuransi jiwa mengalami penurunan pendapatan (income) selama kuartal pertama 2018. Hingga Maret 2018, pendapatan industri asuransi mencapai Rp 51,97 triliun atau turun 7,8% dari kuartal yang sama tahun lalu sebesar Rp 56,37 triliun.

Merosotnya hasil investasi menjadi penyebab turunnya pendapatan pada periode ini. Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim mengatakan banyak instrumen investasi asuransi jiwa ditempatkan pada saham. Akibatnya, hasil investasi menjadi negatif lantaran indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak minus dan fluktuatif di kuartal pertama tahun ini. Di sisi lain, penempatan instrumen investasi di reksa dana juga tak sanggup menopang pendapatan. 

“Nilai investasi hasilnya turun karena iklim investasi tidak stabil,” kata Hendrisman saat jumpa pers Kinerja Asuransi Jiwa di Jakarta, Senin (28/5) malam.

Meski demikian, Hendrisman mengatakan pencapaian pendapatan premi yang meningkat di kuartal pertama ini memberikan gambaran yang baik bagi pertumbuhan industri selanjutnya. Total pendapatan premi merupakan kontributor terbanyak atas total pendapatan industri asuransi jiwa, yakni sebesar 101,0%.

Pertumbuhan total premi bisnis baru dan total premi lanjutan yang meningkat, berimbas pada peningkatan total pendapatan premi sebesar 23,3% pada kuartal pertama 2018, menjadi Rp 52,49 triliun dibandingkan periode yang sama 2017 sebesar Rp 42,58 triliun.

“AAJI mencatat, pertumbuhan total pendapatan premi didorong oleh meningkatnya pendapatan premi dari saluran distribusi bancassurance yang meningkat sebesar 41,1% dan berkontribusi sebesar 46,4%," ucap Hendrisman. 

Sementara, saluran keagenan turut mengalami pertumbuhan sebesar 19,6% dengan kontribusi 37,2%, disusul oleh saluran distribusi alternatif yang pada tahun ini mengalami penurunan 4,1% dan berkontribusi sebesar 16,5% pada kuartal pertama 2018.

“Hal ini menunjukkan makin sadarnya masyarakat akan adanya beragam saluran distribusi, dimana mereka bisa mendapatkan akses terhadap produk asuransi jiwa di pasar,” katanya.

AAJI berkomitmen penuh untuk terus mengembangkan seluruh saluran distribusi baik keagenan, bancassurance, maupun alternatif, untuk semakin menjangkau masyarakat di seluruh negeri.

Terkait investasi, Hendrisman menjelaskan jumlah investasi pada kuartal pertama 2018, meningkat sebesar 16,8% atau Rp 491,52 triliun. Kenaikan di sejumlah indikator, secara signifikan mempengaruhi kenaikan pada total aset menjadi sebesar 15,6%, atau senilai  Rp 550,08 triliun, melesat cukup jauh dibanding pencapaian periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 475,75 triliun.

“Berdasarkan pencapaian pertumbuhan, ini menjelaskan industri asuransi jiwa terus tumbuh, melalui komitmen upaya peningkatan literasi dan inklusi yang terus disampaikan kepada masyarakat Indonesia, dan kami optimistis kinerja industri asuransi jiwa akan meningkat signifikan di sepanjang tahun 2018 nantinya,” kata Hendrisman.

Klaim dan manfaat yang dibayarkan

Hendrisman juga mengatakan industri asuransi jiwa berkomitmen tinggi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para nasabah dalam membayarkan klaim, nilai tunai penyerahan polis, anuitas dan manfaat lainnya. 

Pada kuartal pertama 2018, total klaim dan manfaat meningkat 43,5% menjadi sebesar Rp 34,51 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 24,05 triliun.

Ketua Bidang Hukum dan Kepatuhan Maryoso Sumaryono menjelaskan, klaim Nilai Tebus (Surrender), meningkat sebesar 56,7% dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 20,80 triliun. Klaim ini memiliki proporsi terbesar di dalam pembayaran klaim dan manfaat, yakni sebesar 60,3%. Peningkatan ini diperkirakan karena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Klaim Penarikan Sebagian (Partial Withdrawal), juga mengalami pertumbuhan di kuartal I-2018, meningkat sebesar 16,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2017, menjadi Rp 4,51 triliun dan berkontribusi sebesar 13,1%. 

Sementara itu, Klaim Kesehatan (medical) di awal tahun ini meningkat sebesar 10,9% menjadi Rp 2,43 triliun, berkontribusi sebesar 7% terhadap total klaim. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan yang terjadi pada klaim kesehatan kumpulan sebesar 17,2% dan kesehatan perorangan sebesar 4,1%. Sebanyak 55,0% dari klaim medical berasal dari produk asuransi kesehatan kumpulan dan sisanya sebesar 45,0% berasal dari produk asuransi kesehatan perorangan.

Total tertanggung dan tenaga pemasar

Total Tertanggung industri asuransi jiwa pada kuartal pertama 2018, mencatat penurunan 1,6% menjadi 58.270.809 orang. Penurunan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan Total Tertanggung Kumpulan yang turun 1,8% sebesar 40.868.202 orang, sedangkan Total Tertanggung Individu pada kuartal ini turut mengalami perlambatan sebesar 1,2% sebesar 17.402.607 orang.

Ketua Bidang Kerjasama dan Hubungan Internasional Wiroyo Karsono menjelaskan berdasarkan catatan selama dua tahun terakhir, yakni kuartal pertama 2017 dan kuartal pertama 2018, jumlah tertanggung mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,6%. Penurunan jumlah tertanggung, baik perorangan maupun kumpulan dikarenakan banyaknya klaim nilai tebus (surrender) dengan proporsi terhadap total klaim mencapai 60,3% di kuartal 2018.

Terkait tenaga pemasar berlisensi, Wiroyo menjelaskan jumlah tenaga pemasar asuransi jiwa pada kuartal pertama tahun ini meningkat sebesar 4,7% yaitu menjadi 592.913 orang, dibandingkan dengan periode yang sama 2017 sebesar 566.536 orang.  Adapun 91,1% dari total tenaga pemasar tersebut berasal dari saluran keagenan.

img
Laila Ramdhini
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan