close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sepanjang pekan lalu, IHSG anjlok 6,6% ke level 5.919,23 dari sepekan sebelumnya 6.337,69. Koreksi IHSG terjadi lantaran investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) Rp33,71 triliun. / Istimewa
icon caption
Sepanjang pekan lalu, IHSG anjlok 6,6% ke level 5.919,23 dari sepekan sebelumnya 6.337,69. Koreksi IHSG terjadi lantaran investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) Rp33,71 triliun. / Istimewa
Bisnis
Minggu, 29 April 2018 23:57

IHSG sepekan dihantui profit taking usai asing jual Rp5,3 T

Setelah anjlok 6,6% akibat investor asing membukukan aksi jual bersih Rp5,3 triliun, IHSG masih dihantui profit taking.
swipe

Setelah anjlok 6,6% akibat investor asing membukukan aksi jual bersih Rp5,3 triliun pada pekan lalu, Indeks harga saham gabungan (IHSG) masih dihantui profit taking.

Analis PT KGI Sekuritas Indonesia Yuganur Wijanarko menjelaskan IHSG diproyeksi masih dalam tren negatif sepanjang pekan ini. Secara teknikal, IHSG masih belum sepenuhnya berada di zona aman.

"Sehingga perlu mewaspadai adanya kelanjutan aksi jual atau profit taking dari kaum bearish di level resistance apabila ada teknikal rebound," katanya dalam riset, Minggu (29/4).

Menurutnya, jika teknikal rebound terjadi, dia merekomendasikan agar investor memasang ancang-ancang buy on weakness. Terutama apabila terjadi penurunan akibat volatilitas regional yang tinggi.

Dia memerkirakan, level support IHSG pada awal pekan mencapai 5.840-5.740-5.740. Sedangkan, level resistance diproyeksi berada pada rentang 6.080-6.140-6.220-6.380-6.450-6.550.

Pelemahan nilai tukar rupiah diperkirakan akan membuat Bank Indonesia bakal mengerek suku bunga acuan. Bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga BI-7 Days Reversse Repo Rate.

Penaikkan BI Rate, sambungnya, menjadi solusi untuk meredam depresiasi kurs rupiah terhadap dollar AS. Potensi BI mengerek suku bunga acuan bakal menjadi sentimen negatif bagi lantai bursa.

Proyeksi BI-7 Day repo rate yang kini berada pada posisi 4,25% diperkirakan dapat menekan laju pertumbuhan kredit. Kinerja perbankan diperkirakan bakal turut tertekan, yang disusul oleh kemungkinan aksi jual pada saham-saham perbankan.

Tidak hanya itu, Yuganur juga memerkirakan pelaku pasar masih memiliki kesan ekonomi Indonesia cenderung mengalami perlambatan. Dia juga memerkirakan, akan terjadi penurunan peringkat dari lembaga internasional Moody's Investor Services. 

Kendati demikian, koreksi yang terjadi di lantai bursa secara teknikal menjadi kesempatan akumulasi saham-saham yang telah murah. Dia merekomendasikan saham-saham ASII, BBRI, PTBA, dan AALI.

Terpisah, analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya, menuturkan kondisi pergerakan IHSG saat ini masih terlihat cukup kuat mempertahankan support level. Tampak dari pola gerak hingga hari terakhir pada bulan pertama kuartal II-2018.

Hal itu dinilai masih terus memperlihatkan support yang tahan uji, serta ditopang oleh sisi fundamental perekonomian yang juga stabil, menjelang rilis data perekonomian inflasi esok hari pada awal bulan yang disinyalir masih akan terkendali tentunya dapat memberikan senitmen positif terhadap pergerakan IHSG.

"Ditunjang juga oleh harapan kinerja emiten kuartal II-2018, yang akan didominasi dengan kinerja yang baik," kata dia.

Selain itu, sambungnya, peluang melanjutkan teknikal rebound dari pola gerak IHSG masih terlihat cukup besar. Awal pekan ini, IHSG berpotensi menguat di level 5.888-6.123.

Sepanjang pekan lalu, IHSG anjlok 6,6% ke level 5.919,23 dari sepekan sebelumnya 6.337,69. Koreksi IHSG terjadi lantaran investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) Rp33,71 triliun.

Dia menyarankan agar pelaku pasar mengoleksi saham-saham seperti JSMR, SMRA, PWON, ASRI, ADHI, WIKA, WTON, PTPP, BBNI, dan BBCA.

img
Sukirno
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan