International Labour Organization (ILO) menyebut pandemi Covid-19 membawa dampak yang cukup merugikan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal itu terlihat dari survei yang dilakukan ILO kepada 571 perusahaan pada April 2020, di mana 70% pelaku UMKM berhenti melakukan produksi akibat Covid-19.
Tetapi Manajer Proyek SCORE-ILO Januar Rustandie, mengaku belum dapat memastikan penghentian produksi tersebut, apakah masih bersifat sementara atau permanen.
"Komposisi 70% dari yang setop produksi itu sangat mengkhawatirkan. Kami belum tahu apakah mereka setop produksi sementara atau seterusnya," kata Januar dalam diskusi online yang digelar AJI Jakarta, Rabu (3/6).
Dari sejumlah UMKM yang menyetop produksi tersebut, sebanyak 226 pelaku UMKM mengaku menghentikan produksi mereka akibat berkurangnya permintaan.
Selain itu, ILO juga mencatat sebanyak 90% UMKM mengaku arus kas mereka terdampak akibat pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, 52% UMKM telah melihat pendapatan mereka menghilang hingga lebih dari 50% akibat pandemi.
Sekitar 63% UMKM yang disurvei juga tercatat telah mengurangi jumlah pekerja mereka dan banyak pelaku UMKM berencana melakukan hal yang sama. Akibatnya, jutaan pekerja di Indonesia terpaksa mengambil cuti atau mengalami pemberhentian kerja sementara.
Sementara itu, sepertiga UMKM dari jumlah yang disurvei tersebut mencoba bertahan dengan beralih ke usaha daring. Satu dari lima UMKM juga melakukan diversifikasi produk untuk merespons kebutuhan baru seperti masker dan sanitasi.
"Adapun jumlah dan presentase UMKM yang masih bisa bertahan di tengah pandemi hanya 27,8% dari responden," ujar Januar.