International Monetary Fund (IMF) kembali mengoreksi target pertumbuhan ekonomi global pada 2019 menjadi 3,3% dari sebelumnya 3,6% akibat ketegangan perdagangan di berbagai negara. Sejumlah kalangan menilai Indonesia mesti waspada dan segera berbenah dengan kondisi ini.
Rektor Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko menyebut pemangkasan target pertumbuhan ekonomi oleh IMF merupakan suatu tantangan ekonomi global yang tidak mudah untuk dilalui.
"Itu menandakan ekonomi dunia menyusut dan punya impact negatif bagi Indonesia," ujar Agustinus di Jakarta, Rabu (10/4).
Menurut Agustinus, dengan penurunan ekonomi global ini, maka iklim investasi dan bisnis juga akan merosot dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian, pengusaha akan mengalami kerugian yang paling besar.
"Misalnya isu mengenai perpajakan, buruh, kenaikan upah. Ini risiko yang bagi pengusaha tidak membuat bisnis berkembang pesat," ujarnya.
Apalagi, lanjut Agustinus, berasarkan survey yang dilakukan oleh The Japan External Trade Organization (JETRO), prospek bisnis di kawasan Asia menurun. Indonesia mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan negara lain.
"Menurut JETRO, Indonesia tidak lagi menjadi tempat menarik untuk didatangi. Pesan pentingnya, pemerintah ke depan harus berbenah. Kalau tidak daya saing menurun dibandingkan dengan negara lain," katanya.
Untuk itu, Agustinus menyimpulkan, ke depan bisnis dan industri tidak akan tumbuh tinggi seperti tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, pemerintah diminta menyiapkan strategi untuk membuat bisnis di Indonesia terus bergairah.
Menurut Agustinus, berbagai regulasi juga perlu dibenahi seperti kerangka peraturan, reformasi kebijakan, dan penataan yang perlu di akselerasi.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Penguasaha indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengatakan perlambatan perekonomian global akan berdampak langsung kepada ekonomi Indonesia. Kendati demikian, pihaknya optimistis Indonesia masih mampu menghadapi tekanan itu.
"Menurut saya, dengan adanya pemotongan pertumbuhan ekonomi (oleh IMF), Indonesia sudah cukup bertahan untuk menghadapi itu," ujarnya.
Kendati demikian, kata Shinta Indonesia sebaiknya juga tetap memperhatikan faktor-faktor eksternal yang terjadi saat ini, meskipun fundamental ekonomi Indonesia sudah cukup mapan.
Sebelumnya, IMF telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,6% menjadi 3,3%. Pasalnya menurut IMF, ekonomi dunia menghadapai risiko-risiko penurunan yang disebabkan oleh ketidakpastian dan ketegangan perdagangan global yang sedang berlangsung seperti AS-China dan AS-Eropa.
Proyeksi laju pertumbuhan negara-negara maju adalah 1,8% untuk 2019 dan 1,7% untuk 2020. Keduanya di bawah tingkat yang tercatat dalam dua tahun sebelumnya, menurut laporan WEO World Economic Outlook (WEO).
Sementara, untuk negara-negara emerging market dan negara-negara berkembang, IMF memperkirakan tingkat pertumbuhan turun menjadi 4,4% untuk 2019, atau 0,1 poin lebih rendah dari pada 2018. Kemudian, pertumbuhan akan pulih ke tingkat 4,8% pada 2020, menyamakan hasil 2017.