Presiden Joko Widodo akan memamerkan perkembangan financial technology (Fintech) di hadapan pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) - World Bank (WB) di Bali.
Ketua Panitia Harian Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018, Susiwijono Moegiarso menjelaskan, ke depan sektor fintech akan menjadi penopang ekonomi digital di Indonesia.
"Bali Fintech Agenda, satu-satunya side event yang menjadi inisiatif Indonesia dan Presiden (Jokowi) akan langsung menjelaskan di sana," jelas Susiwijono di Ruang Pers Kemenko Perekonomian, Senin (1/10).
Menurutnya, IMF-WB sudah melakukan analisis dan merumuskan 12 principal atau elemen mengenai fintech. Hal itu dirumuskan berdasarkan agenda negara-negara anggotanya yang memiliki pengaruh pada inklusi keuangan, stabilitas, dan integritas.
Mengutip data Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) per Desember 2017 terdapat 235 perusahaan finansial teknologi yang beroperasi di Indonesia.
Berdasarkan kajian Institute for Development of Economics and Finance (Indef) bersama Aftech, kontribusi fintech lending terhadap PDB Indonesia sebesar Rp26 triliun. Kehadiran fintech juga menyumbang penyerapan tenaga kerja sebanyak 215.433 orang.
Pada gilirannya, Fintech diproyeksi menyumbang pendapatan tenaga kerja Indonesia sebesar Rp4,6 triliun per tahun.
"Ini sangat penting, karena itu sudah disampaikan kepada Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Kementerian/Lembaga terkait. Di Kemenko Perekonomian sendiri sedang memifnalisasi rancangan peraturan pemerintah (RPP) e-commerce. E-commerce akan mendominasi perekonomian di Indonesia," harap Susiwijono.
Berkaitan dengan itu, lanjut dia, dalam pertemuan IMF-WB akan sangat memanfaatkan momen tersebut, agar kebijakan global fintech disepakati, paling tidak pada 12 elemen itu.
Ke-12 elemen tersebut tidak termasuk dalam pengembangan usaha, tapi diatur dari regulator dan 189 negara yang berkumpul tersebut untuk menyepakati prinsip besarnya.
"Jadi memang porsinya untuk (regulator) pemerintah di seluruh dunia," jelasnya.
Pengamanan bencana
Sementara itu, pemerintah memastikan gelaran IMF-WB di Bali bakal berlangsung aman, terutama bila terjadi bencana tak terduga.
Susiwijono Moegiarso menegaskan, panitia acara IMF-WB telah mengirimkan tim independen untuk melakukan assestment terhadap venue yang dijadikan tempat penyelenggaraan event tersebut.
"Itu sudah dilakukan tiga hari pada 4-6 September yang lalu. Ada semacam suveyor di situ. Kemudian kesimpulan struktur dari gedung dan venue yang kita pakai, dalam keadaan baik di Bali," jelasnya.
Panitia Nasional dari Indonesia dan Meeting Team Secretariat (MTS) selaku panitia acara, sambungnya, juga sudah melakukan simulasi jika datang becana alam.
Susiwijono mengaku telah menyiapkan keamanan, evakuasi, dan kesehatan, selama perhelatan annual meeting tersebut berlangsung, dari 8-13 Oktober mendatang.
"Jadi sejak awal Indonesia sudah diminta tiga hal pokok tersebut, berstandar internasional. Jadi standarnya tinggi sekali dan mereka happy dengan penjelasan kami," paparnya.
Pihaknya pun bersama dengan TNI telah melakukan Technical Flooring Game (TFG) di dalam venue tersebut. Saat itu, kata dia, disimulasikan dengan tiga kondisi. Di antaranya, erupsi gunung, gempa bumi, serta gempa sekaligus tsunami. Bahkan, apabila situasi infrastruktur rusak semua.
"Di situ disimulasikan seperti perang. Kapal TNI di mana, pesawat, helikopter pergerakannya. Bahkan kalau pada kasus, rusak semua infrastruktur dan jalan helikopter, itu kita simulasikan, lengkap. SOP, komandonya di siapa," terang Susiwijono.
Akan ada sekira 22.000 personel gabungan yang turun langsung mengamankan acara tersebut. Bahkan, untuk mengantisipasi bencana maupun ancaman terorisme yang mungkin terjadi, instansinya bersama BNPB, BPBD, dan semua TNI juga Polri sudah melakukan persiapan dengan matang.
Kendati demikian, Susiwijono mengungkapkan rasa keprihatinannya terhadap bencana gempa dan tsunami yang baru-baru ini terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Namun, pertemuan tahunan IMF-WB ini tidak boleh berhenti, karena sudah dipersipkan sejak tiga tahun yang lalu.
Acara ini justri bisa membuktikan bahwa Indonesia sebagai negara besar, mampu mengatur semuanya. Bahkan, kata dia, ada beberapa acara yang dikhususkan untuk berempati terhadap korban Lombok, Palu, Donggala, dan sebagainya.
"Syukur malah ini mendatangkan impact yang positif, malah bisa membantu mereka (para korban bencana). Acara ini tetap harus berjalan, tapi diharapkan dapat berdampak positif terhadap penangan gempa di Lombok, Palu, Donggala," jelasnya.