Impor jagung yang akan dilakukan Perum Bulog ternyata tidak dibatasi kuota. Hal itu dilakukan untuk memenuhi permintaan peternak ayam.
Menteri Koordiantor Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, alasan melakukan impor adalah masih kurangnya pasokan jagung dan untuk mengurangi komponen biaya pakan.
Pada 2018, impor jagung ditetapkan hanya sebesar 100 ribu ton karena diprediksi akan terjadi panen pada awal 2019. Akan tetapi, pasokan jagung masih belum bisa mencukupi kebutuhan peternak ayam baik petelur maupun pedaging
"Permintaannya masih banyak dari peternak-peternak kecil dan menengah, baik petelur maupun pedaging. Bahkan impor mencapai 30.000 ton itu, sudah habis," papar Darmin di kantornya, Selasa (29/1).
Oleh karena itu, persoalan impor ada di tangan Perum Bulog. Sehingga pemerintah mengizinkan Perum Bulog untuk melakukan impor dengan catatan, tidak boleh melakukan lebih dari pertengahan Maret 2019 dan tidak ada batasan kuota.
"Jangan nanti ada jagung impor, ternyata produksi dalam negeri banyak. Kalau hanya bisa impor 100.000 ton, ya 100.000 ton saja. Kalau kurang dari situ, ya kurang dari situ. Pokonya batasnya pertengahan Maret
Permintaan impor jagung ini juga datang dari perusahaan-perusahaan besar. Kendati demikian, pemerintah diutamakan untuk pemenuhan pengusaha kecil menengah.
Sebelumnya, Perum Bulog membuka lelang pengadaan impor jagung tambahan sebanyak 150.000 ton untuk kebutuhan pakan ternak dan stabilisasi harga.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan membenarkan lelang impor jagung tersebut. "Benar, 150.000 ton. Atas dasar rakortas dan untuk stabilisasi," kata Oke dalam pesan singkat yang diterima di Jakarta.
Lelang tersebut dilakukan melalui penerbitan surat perizinan impor (SPI) pada 25 Januari 2019.
Pengadaan impor jagung tambahan sebesar 150.000 ton ini tercantum juga pada dokumen lelang yang dipublikasikan di situs resmi Bulog. Dokumen lelang tertanggal 25 Januari 2019 tersebut ditandatangani Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar.
Tender jagung dibuka untuk eksportir dari Argentina dan Brasil dengan rincian sebanyak 30.000 ton akan dikirim melalui Cigading, Banten dan 120.000 ton melalui Tanjung Perak, Surabaya.
Dalam dokumen lelang tersebut, Bulog memberi tujuh syarat, antara lain eksportir diminta memberikan penawaran hingga Senin ini.
Selain itu, eksportir memiliki batas waktu untuk mendatangkan jagung paling lambat tiba di Indonesia pada 31 Maret 2019.
Impor jagung dilakukan untuk menekan harga jagung yang masih tinggi, yakni antara Rp5.000-Rp6.000 per kilogram di sebagian wilayah Jawa Barat dan Banten. Sementara itu, harga jagung yang ideal berada di kisaran Rp3.700-Rp4.000 per kilogram.
Pada akhir 2018, Bulog telah melelang impor jagung sebesar 100.000 ton dengan realisasi mencapai 99.000 ton. Kemudian pada 11 Januari 2019, pemerintah mengeluarkan izin impor jagung tambahan sebanyak 30.000 ton.
Namun, Bulog menyatakan impor jagung ini tidak wajib dilakukan selama masih bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri. Secara total, volume impor jagung pemerintah melalui Bulog mencapai 280.000 ton. (ant)