Holding Industri Pertambangan (HIP) PT INALUM (Persero) mendorong hilirisasi sektor pertambangan,bekerja sama dengan berbagai pihak. Ini untuk merealisasikan sejumlah proyek besar bernilai lebih dari US$10 miliar atau sekitar Rp150 triliun.
Direktur Utama Inalum, Budi G Sadikin, mengatakan hilirisasi produk tambang, merupakan salah satu dari tiga mandat Holding Industri Pertambangan.
"Beberapa proyek besar ini merupakan langkah nyata kami dalam mendukung terjadinya nilai tambah produk di sektor tambang dan upaya mendukung penghematan devisa negara," kata Budi Sadikin di Bontang, Kalimantan Timur, Minggu (28/10).
Dia menjelaskan, saat ini Inalum telah melakukan kerja sama dengan BUMN dan pihak swasta. Sejumlah proyek hilirisasi yang tengah dan sudah bergulir diantaranya di segmen aluminium, bauksit, dan batubara.
Inalum juga tengah melakukan pengembangan ke Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, untuk mendirikan pabrik aluminium primer dengan kapasitas 500 kiloton per annum. Selain itu, Inalum juga tengah membangun pembangkit listrik tenaga air dengan memanfaatkan sungai Kayan.
"Dengan nilai proyek sebesar US$6 miliar ekspansi ke provinsi ini, diharapkan dapat dimulai di tahun depan," kata Budi.
Budi juga mengatakan, Inalum bersama anggota HIP, PT ANTAM Tbk dan Aluminum Corporation of China Ltd (CHALCO), akan bekerja sama membangun pabrik pemurnian, untuk memproses bauksit menjadi alumina. Adapun alumina, merupakan bahan baku utama untuk membuat aluminium ingot. Saat ini, Inalum merupakan produsen aluminium ingot satu-satunya di Indonesia.
Budi menjelaskan, konstruksi proyek yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, akan dilakukan dalam dua tahap. Investasi yang dibutuhkan dalam pembangunan tahap pertama, diperkirakan sekitar US$850 juta. Setelah beroperasi yang ditargetkan pada 2021, pabrik ini ditarget menghasilkan dua juta metrik ton alumina.
Sementara itu, PT Bukit Asam Tbk, yang juga merupakan salah satu anggota HIP, akan berkolaborasi dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Kerjasama yang dilakukan untuk mengkonversi batubara muda menjadi syngas, yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.
Menurut Budi, pengolahan gasifikasi batubara ini direncanakan mulai beroperasi pada November 2022. Dia berharap produksi dapat memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500.000 ton per tahun, 400.000 ton DME per tahun, dan 450.000 ton Polypropylene per tahun. (Ant)