Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan, lemahnya daya saing produk UMKM Indonesia di pasar global karena minimnya fasilitas yang diberikan oleh pemerintah.
Dari sisi pembiayaan misalnya, bunga kredit yang ditanggung oleh UMKM Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya.
Perbankan di dalam negeri mematok bunga kredit rata-rata sebesar 12%, sementara negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan China mematok bunga kredit di kisaran 5%, bahkan Korea Selatan hanya 4%.
"Sehingga kalau bunga kredit jauh lebih rendah dari kita, bagaimana dengan daya saing ketika dananya lebih mahal di UMKM kita," katanya dalam webinar, Senin (10/5).
Oleh karena itu, yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing UMKM baik di global maupun di pasar lokal adalah dengan menyediakan akses pembiayaan yang ramah dan murah.
"Karena itu kebijakan pemerintah untuk adanya ekosistem bunga ultramikro sangat didukung pelaku UMKM dengan harapan bunga lebih rendah," ujarnya.
Eko pun bilang, dari sisi porsi kredit bagi UMKM di dalam negeri hanya berada di kisaran 19%, jauh tertinggal dari Malaysia dan Thailand yang telah mencapai 50%, China 65%, dan Korea Selatan sebesar 81%.
Hal itu yang membuat produk UMKM negara-negara tersebut memiliki daya saing yang tinggi bahkan mampu meluaskan ekspansinya hingga ke pasar ekspor.
Ini tercermin dari data ekspor UMKM negara-negara tersebut yang mencapai 20% untuk Malaysia dan 30% Thailand. Sementara Indonesia hanya 15%.
"Kalau Malaysia memang mengembangkan ekosistem untuk UMKM baik dalam level pembiayaan dan pembinaan intensif, jadi wajar mereka mampu naik kelas bahkan ekspansinya sampai ekspor," ucapnya.
Oleh sebab itu, yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan daya saing UMKM di pasar global adalah dengan melakukan pertama-tama adalah mencukupi pembiayaannya.
Lalu, setelah itu adalah melakukan pembinaan secara intensif bagi pelaku UMKM. Pasalnya, dari data yang dikumpulkan Indef, dari total 64 juta pelaku UMKM di dalam negeri hanya 3,47% yang masuk kategori wirausahawan, sedangkan negara lain mencapai 14%.
"Ini bukti pembiayaan saja tidak cukup, karena faktanya 64 juta pelaku UMKM hanya 3,47% yang masuk kategori wirausahawan. Sementara rata-rata global 14%, jadi negara maju punya basis wirausaha yang baik," kata dia.