Institute for Development of Economics and Finance (Indef) melihat permasalahan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam menghadapi pandemi ada pada permodalan.
Peneliti Indef Nailul Huda mengatakan, 99% usaha Indonesia berbentuk UMKM, bahkan 98%-nya merupakan usaha mikro. Pada krisis 1998, UMKM menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Begitupula pada krisis 2008.
"Pun di tengah pandemi, UMKM diharapkan bisa bertahan. Namun, mungkin untuk dana PEN itu yang harus dimaksimalkan lebih dahulu agar UMKM bisa bertahan," ujar Nailul dalam Alinea Forum, Kamis (8/7).
Pasalnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), permasalahan utama UMKM di tengah pandemi adalah 69% UMKM membutuhkan bantuan modal.
Permasalahan kedua, kata dia, berdasarkan data dari Bank Indonesia, kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sektor mikro tercatat naik signifikan.
"Ditengarai bantuan PEN untuk subsidi bunga sangat kurang cepat, ini berbahaya. Yang tadi konteksnya untuk bangsa, selamatkan dulu UMKM kita, berikan bantuan sehingga NPL turun, itu yang harus kita lakukan," tutur dia.
Adapun hingga semester I-2021, Kementerian Perekonomian mencatat anggaran program untuk mendukung UMKM dan korporasi telah terserap Rp51,27 triliun, atau 29,8% dari total pagu Rp171,7 triliun. Anggaran ini dialokasikan untuk bansos usaha mikro, penjamin kredit usaha, subsidi bunga, dan lain-lain.