Indonesia berhasil menekan defisit atau selisih ekspor dan impor dengan China sepanjang 2017 dengan nilai yang cukup mencolok atau signifikan.
"Penurunan selisihnya pada tahun lalu cukup besar," kata Atase Perdagangan Kedutaan Besar di Beijing, Dandy S Iswara seperti dilansir Antara, Jumat (9/3).
Nilai ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 28,50 miliar pada tahun lalu, sedangkan impornya US$ 34,85 miliar, sebagaimana data yang diumumkan bea cukai China.
Dengan demikian, maka defisit atau selisih ekspor dan impor Indonesia dengan China tercatat US$ 6,35 miliar.
Selisih tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, yakni sebesar US$ 14,55 miliar pada 2015 dan US$11,57 miliar pada 2016.
Makin kecilnya selisih ekspor-impor tersebut bagian dari keberhasilan pemerintah Indonesia menekan China menyeimbangkan neraca perdagangan. "Kami optimistis pada tahun-tahun mendatang selisih ekspor-impor Indonesia terus berkurang," ujarnya menambahkan.
Optimisme tersebut sangat wajar, mengingat pada tahun ini pemerintah China mengeluarkan kebijakan untuk membuka keran impor manggis dari Indonesia yang selama tiga tahun sebelumnya sempat ditutup.
China juga memberikan kesempatan Indonesia untuk mengekspor nanas. Demikian pula daratan China juga membutuhkan lebih banyak lagi sarang burung dan kelapa sawit dari Indonesia.
Presiden Joko Widodo saat menerima kunjungan Wakil Perdana Menteri China Liu Yandong pada tahun lalu menekankan pentingnya keseimbangan dalam hubungan dagang kedua negara.
Demikian halnya dengan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi saat bertemu koleganya , Menlu China Wang Yi, di Beijing pada bulan lalu menyampaikan hal yang sama.
Wang Yi pun menyatakan bahwa Indonesia merupakan mitra dagang yang sangat penting bagi China.