Plt Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) Mochammad Firman Hidayat menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama produk akuakultur.
Berdasarkan data Food And Agriculture Organization (FAO), Indonesia di 2020 menduduki peringkat kedua di bawah China yang berhasil memproduksi produk akuakultur sebanyak 14.845 ton setahun, sedangkan China jauh di atas Indonesia yaitu mencapai 70.483 ton dalam setahun.
“Selain jumlah produksi yang tinggi, devisa ekspor perikanan kita juga saat itu dari produk akuakultur sebesar 56% dan berhasil menyerap tenaga kerja 2,2 juta orang,” jelas Firman dalam presentasinya di acara National Shrimp Action Forum 2022, Rabu (26/10).
dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), industri akuakultur Indonesia yang di ekspor sebagian besar berasal dari ekspor udang mencapai 26% di 202, atau sebanyak 239,23 ton. Berdasarkan jumlah tersebut, hasil udang pun mampu memberikan nilai ekspor mencapai US$2.040 juta atau setara 49% dari total nilai ekspor akuakultur.
“Dengan demikian, potensi dan realisasi akuakultur kita sangat besar,” tegas Firman.
Karena udang memberikan potensi dan realisasi produk akuakultur yang besar bagi Indonesia, maka produksi udang pun masuk ke dalam salah satu pengembangan proyek prioritas nasional yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu major project revitalisasi tambak di kawasan sentra produksi udang dan bandeng.
“Ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa ekspor udang harus ditingkatkan ke 250% di 2024,” tambahnya.
Untuk mencapai target tersebut, Firman menyampaikan perlunya revitalisasi tambak udang tradisional dan intensifikasi tambak swasta yang berkelanjutan. Jika hal tersebut tercapai, maka dapat dipastikan Indonesia masuk ke dalam lima besar negara pengekspor perikanan dunia dengan nilai ekspor lebih dari US$8 miliar. Saat ini posisi Indonesia sebagai pengekspor perikanan masih berada di urutan ke delapan dengan nilai ekspor di 2021 mencapai US$5,72 miliar, dengan kontribusi ekspor udang di dalamnya mencapai US$2,2 miliar.
Jika target produksi dan ekspor udang tercapai, dampaknya adalah meningkatnya produksi budi daya udang menjadi 2 juta ton di tahun 2024 atau tumbuh 18,2% per tahun, dan meningkatnya pertumbuhan ekspor udang menjadi lebih dari US$4,3 miliar atau 31,7% per tahun.
Firman merinci, untuk wilayah yang menjadi prioritas lokasi revitalisasi sentra produksi udang antara lain Lampung, Pantai Utara Jawa, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
“Ini bukan hal yang mudah, karena kita harus mencapai produksi 2 juta ton di 2024, dan ini dicapai dalam waktu hanya dua tahun. Jadi kita harus double all effort untuk mencapai ekspor udang dari US$2,2 miliar jadi US$4,3 miliar,” lanjut Firman.
Sehingga Firman mengimbau diperlukannya keterlibatan seluruh pihak mulai dari kementerian/lembaga hingga pemerintah pusat dan daerah untuk mencapai salah satu target proyek nasional ini.