Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah sedang membujuk China untuk menambah jumlah impor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).
Luhut mengatakan, saat ini Indonesia bisa mengisi kebutuhan China akan minyak kedelai, yang selama ini diandalkan dari Amerika Serikat (AS). Dengan begitu, China diharapkan juga mau menggantikan kebutuhan minyak kedelai mereka menggunakan minyak kelapa sawit.
"Iya ada peluang di situ (mengganti kedelai menjadi sawit)," ujar Luhut di kantornya, Jalan MH THamrin, Jakarta Pusat, Selasa (16/7).
Luhut menyebut China merespon permintaan Indonesia dengan sangat baik. Pasalnya, saat ini perseteruan perang dagang antara China dan AS masih memanas. Hal ini bisa menjadi peluang buat Indonesia.
Apabila negosiasi berjalan mulus, Indonesia bisa sangat diuntungkan. Selain itu juga bisa mendongkrak harga kelapa sawit.
Seperti diketahui Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat China masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia dalam periode Januari-Juni 2019.
Adapun nilai ekspor ke China mencapai US$11,40 miliar, berkontribusi 15,36% terhadap total ekspor Indonesia pada periode Januari-Juni 2019.
Komoditas utama yang diekspor ke China pada periode tersebut adalah lignit, batu bara, dan minyak kelapa sawit.
Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan ekspor minyak sawit nasional mulai tergerus, karena dampak regulasi beberapa negara tujuan utama ekspor komoditas perkebunan Indonesia itu.
Pada April 2019, menurut data yang dikeluarkan Gapki, ekspor minyak sawit Indonesia secara total (crude palm oil/CPO dan turunan, oleochemical dan biodiesel) mencapai 2,44 juta ton. Angka ini mengalami penurunan 18% dibandingkan total ekspor pada Maret lalu sebesar 2,96 juta ton.
"Pada bulan Mei ekspor mulai menunjukkan peningkatan tetapi masih di bawah ekspektasi," kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjon.
Selanjutnya, ekspor minyak sawit Indonesia pada Mei 2019 mencapai 2,79 juta ton atau meningkat 14% dibanding bulan sebelumnya.
Sementara itu, total ekspor khusus CPO dan turunannya (tidak termasuk oleochemical dan biodiesel) pada April 2019 menurun 27% dari Maret atau menjadi 2,01 juta ton dari 2,76 juta ton.
Beberapa negara tujuan ekspor utama memberlakukan regulasi yang sudah masuk dalam kategori hambatan dagang, seperti India, yang menaikkan tarif bea masuk minyak sawit sampai pada batas maksimum.
Mukti mengakui melemahnya pasar ekspor minyak sawit Indonesia tentu menjadi pekerjaan rumah bagi industri sawit Indonesia.