close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai pemerintah harus mencari jalan mengembalikan neraca perdagangan yang negatif./AntaraFoto
icon caption
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai pemerintah harus mencari jalan mengembalikan neraca perdagangan yang negatif./AntaraFoto
Bisnis
Kamis, 21 Juni 2018 11:08

Indonesia fokus perbaiki neraca perdagangan

Kenaikan impor yang tajam dinilai dipengaruhi oleh persiapan Lebaran
swipe

Indonesia fokus melihat permasalahan dalam negeri ketimbang mengkhawatirkan isu global, seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan akan membenahi neraca perdagangan Indonesia yang masih negatif.

"Kita fokus pada urusan kita saja, artinya kita harus mencari jalan mengembalikan neraca perdagangan yang negatif. Itu urusan nomor satu yang kita harus dilakukan," jelas Darmin, Kamis (21/6) di kantornya. 

Negatifnya neraca perdagangan disebabkan oleh kenaikan impor yang tajam yang terjadi seiring persiapan Lebaran. Di sisi lain, perkembangan ekspor tumbuh melambat dikarenakan adanya sejumlah langkah yang diambil negara tertentu, seperti India yang mengenakan bea masuk agak tinggi kepada CPO. 

Presiden Joko Widodo sendiri sudah menyampaikan secara langsung kepada Perdana Menteri India Narendra Modi saat mengunjungi Indonesia beberapa waktu lalu. Saat itu, presiden meminta India, tidak mengenakan bea tinggi untuk CPO dari Indonesia. 

"Selain itu, kita harus menyusun kebijakan, baik dibidang industri dan bidang sumber daya alam untuk perbaiki ekspor," ujar Darmin.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia April 2018 mencapai US$ 14,47 miliar atau menurun 7,19% dibanding ekspor Maret 2018. Sementara dibanding April 2017 meningkat 9,01%. Ekspor nonmigas April 2018 mencapai US$13,28 miliar, turun 6,80% dibanding Maret 2018. Sementara dibanding ekspor nonmigas April 2017 naik 8,55%.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–April 2018 mencapai US$58,74 miliar atau meningkat 8,77% dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$53,50 miliar atau meningkat 9,27%.

Penurunan terbesar ekspor nonmigas April 2018 terhadap Maret 2018 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$416,4 juta (18,18%), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada kendaraan dan bagiannya sebesar US$72,5 juta (12,59%).

Nilai impor Indonesia April 2018 mencapai US$16,09 miliar atau naik 11,28% dibanding Maret 2018, demikian pula jika dibandingkan April 2017 meningkat 34,68%. Impor nonmigas April 2018 mencapai US$13,77 miliar atau naik 12,68% dibanding Maret 2018, sementara jika dibanding April 2017 meningkat 33,69%.

Impor migas April 2018 mencapai US$2,32 miliar atau naik 3,62% dibanding Maret 2018 dan naik 40,89% dibanding April 2017. Peningkatan impor nonmigas terbesar April 2018 dibanding Maret 2018 adalah golongan mesin dan peralatan listrik US$315,3 juta (20,87%), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar US$47,7 juta (36,55%).

Hal lain yang menjadi fokus pemerintah dibidang ekonomi adalah kenaikan Fed Fund Rate, yang kemungkinan mengalami kenaikan beberapa kali. Hal itu dikhawatirkan berdampak kepada suku bunga acuan. 

Sebagai antisipasi, pemerintah terus mempererat kerja sama dengan OJK dan BI, agar bisa mendorong efisiensi kebijakan suku bunga dan moneter di Indonesia. Sehingga, kenaikan suku bunga tidak perlu otomatis mendorong naiknya tingkat bunga kredit.

"Tentu saja mendorong supaya biaya yang tidak efisien, diefesienkan oleh perbankan. Bisa lakukan OJK. Dulu waktu saya di BI, itu kita lakukan, karena waktu itu perbankan di BI," terang Darmin. 

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan