close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi saat menjadi pembicara di Rakerna Hipmi, Jumat (05/03/2021). Foto tangkapan layar.
icon caption
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi saat menjadi pembicara di Rakerna Hipmi, Jumat (05/03/2021). Foto tangkapan layar.
Bisnis
Jumat, 05 Maret 2021 15:14

Untuk jadi negara maju, Indonesia harus naikkan pertumbuhan di sektor ini

Agar bisa lolos dari middle income trap, Indonesia harus memiliki pendapatan per kapita sebesar US$23.000 per tahun
swipe

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyampaikan, untuk menjadi negara maju pada 2045, Indonesia harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumah saat ini. Menurutnya, ada beberapa pilar pertumbuhan yang harus diperhatikan agar Indonesia bisa naik kelas.

Dia menjelaskan, agar bisa lolos dari middle income trap, Indonesia harus memiliki pendapatan per kapita sebesar US$23.000 per tahun. Untuk mencapai hal tersebut, pilar pertumbuhan pertama yang harus diperhatikan adalah investasi.

"Agar bisa tumbuh tinggi, investasi kontribusinya harus 39% sampai 40%. Trajectory pertumbuhannya 7,3% per tahunnya," kata Lutfi dalam Rakernas Hipmi, Jumat (5/3).

Menurutnya, saat ini bukan lagi waktunya untuk membedakan antara investasi lokal dan asing. Semua investasi harus diundang masuk. 

Pilar pertumbuhan kedua, adalah manufaktur. Saat ini, 22% pertumbuhan ekonomi Indonesia datang dari manufaktur. Untuk menjadi negara maju, Lutfi menyebut porsi pertumbuhan dari sektor manufaktur setidaknya harus menyentuh 32%.

"Trajectory growth-nya itu adalah 7,8% dari manufaktur. Sedangkan untuk perdagangan hari ini, kalau ekspor ditambah impor, hasilnya cuma 33% sampai 34%. Ini harus jadi 54%," ujar dia.

Saat ini, ekonomi Indonesia sebagian besar masih ditopang oleh konsumsi dan pembelanjaan gaya hidup. Oleh sebab itu, untuk bisa meningkatkan kegiatan ekspor dan impor, menurutnya pengusaha lokal harus berkolaborasi. 

Dia mendorong agar pengusaha bisa membuka pasar agar produk Indonesia bisa dijual lebih banyak. Pengusaha lokal tidak hanya bersaing dengan sesama pengusaha lokal, tetapi juga dengan pelaku ekonomi internasional.

"Saya pernah katakan sebagai Mendag, saya seperti wasit tinju. Kalau saya mengaturnya terlalu keras, maka tidak jalan ini jual beli. Tetapi pada saat bersamaan, kalau saya biarkan, pertarungan akan jadi liar. Saya akan membuat peraturan yang baik, agar tidak hanya jago kandang, tetapi jago dunia," tutur dia.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan