PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. berharap dapat menjadi pengelola Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. Direktur Utama IPCC Chiefy Adhi Kusmargono mengatakan pelabuhan tersebut rencananya akan menjadi komplementer dari pelabuhan utama IPCC di Tanjung Priok.
Chiefy mengatakan apabila IPCC memperoleh hak mengelola Patimban, investasi pengelolaan tersebut akan dibiayai oleh konsorsium. IPCC, lanjut Chiefy, telah memulai koordinasi dengan induk perusahaan mereka yakni PT Pelabuhan Indonesia II atau Indonesia Port Corporation (IPC) untuk membentuk konsorsium yang akan terdiri atas perusahaan operator terminal, auto maker, shipping, dan logistik.
"Namun demikian, kalau nanti pengelolaan Patimban jatuh ke kompetitor, kami tidak takut," ujar Chiefy di Jakarta, Selasa (24/9).
Menurut Chiefy, lokasi Pelabuhan Tanjung Priuk memang lebih strategis dibandingkan dengan Patimban. Pembuat mobil (auto maker), lanjut Chiefy, akan mempertimbangkan tiga hal saat menumpuk kendaraannya di pelabuhan.
Pertama, adalah level of service yang meliputi keselamatan, keamanan, produktivitas, ketersediaan lahan penumpukan, dan ketersediaan dermaga. Menurut Chiefy, akses menuju Patimban saat ini hanyalah berupa jalan biasa.
"Sementara kalau ke Priok banyak pilihannya, tahun depan tol layang diperkirakan sudah jadi, Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2 juga. Jadi banyak pilihan akses dari pabrik ke Priok," kata Chiefy.
Chiefy melanjutkan, pertimbangan kedua adalah cost of logistic. Menurutnya, operator terminal kendaraan harus bisa menawarkan harga yang bersaing agar perusahaan logistik bisa menghemat biaya perpindahan kendaraan.
Menurut Chiefy, saat ini pabrik mobil yang berada di Sunter (Jakarta Utara), Pulogadung (Jakarta Timur), Tangerang (Banten), maupun di Cikarang (Jawa Barat), akan lebih memilih pelabuhan Tanjung Priok untuk menumpuk kendaraan mereka daripada di Patimban.
"Secara realitas, pabrik di Cikarang masih lebih dekat ke Priuk dibandingkan ke Patimban. Kecuali pabrik milik Hino dan Nissan yang market share-nya hanya 1%," tutur Chiefy.
Lalu pertimbangan ketiga, adalah sistem operasional operator Pelabuhan yang telah terdigitalisasi atau tidak. Sebab, dengan digitalisasi, pertukaran data antara automaker, logistic, shipping, dan terminal akan lebih mudah.
Sebagai informasi, Pelabuhan Patimban akan memiliki kapasitas penampungan bongkar muat 7,5 juta peti kemas per tahun. Pelabuhan ini juga bisa menampung sebanyak 600.000 unit mobil utuh (completely build up/CBU) per tahun.