Lima negara menurut International Air Transport Association (IATA) diperkirakan akan mencapai ledakan penumpang transportasi pesawat terbang pada tahun 2036. Peningkatan permintaan konektivitas global dan pertumbuhan ekonomi yang berasal di negara-negara Asia Pasifik menjadi pendorong banyaknya penumpang.
IATA memperkirakan 7,8 miliar penumpang akan melakukan perjalanan pada tahun 2036 mendatang. Setengah dari jumlah penumpang tersebut, berasal dari pelancong udara yang jumlahnya mencapai 4 miliar. Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal dan CEO IATA menyebut bahwa dalam dua puluh tahun ke depan, lalu lintas udara bakal padat.
"Semua faktor akan mendorong meningkatnya permintaan konektivitas global. Sebenarnya ini berita bagus, sebab dunia akan terus berinovasi dan akan mencapai kemakmuran lebih. Ini merupakan tantangan besar bagi pemerintah dan industri maskapai bahwa mereka harus memenuhi permintaan tersebut," tukas Junica, Jakarta.
Yang menarik, permintaan penerbangan justru lebih banyak berasal dari kawasan Asia Pasifik. China dipastikan negara yang akan menjadi tujuan penerbangan tertinggi, setelahnya baru Amerika Serikat (AS). Ketiga ada India, lalu Indonesia pada posisi keempat. Serta terakhir, Turki.
Disebutnya Indonesia sebagai negara dengan lalu lintas penerbangan tertinggi dunia, bisa menjadi berkah bagi pertumbuhan ekonomi dan maskapai penerbangan itu sendiri. Tapi, yang menjadi pertanyaan mungkinkah maskapai penerbangan lokal yang menikmati hal tersebut?
Sebab seperti diketahui, saat ini Indonesia menjadi salah satu bagian dari ASEAN Multilateral Agreement on Air Services atau Open sky yang mulai dihelat tahun 2015. Meski menjadi bagian dari Open Sky, sayangnya Indonesia belum memiliki fasilitas yang mumpuni secara merata seperti bandara udara dan sistem standar keselamatan yang terlisensi internasional.
Padahal peluangnya cukup lebar, terutama untuk terus memperluas rute nasional dan internasional. Pembukaan rute baru juga membuka peluang pembukaan perusahaan di negara-negara ASEAN dan memperluas pasar penerbangan. Tidak ketinggalan industri perawatan pesawat.
Sebagai informasi, Open sky merupakan kerjasama penerbangan yang digagas oleh negara anggota ASEAN yang bertujuan untuk meliberalisasi jasa transportasi udara. Terasa istimewa, karena maskapai penerbangan yang tergabung dalam Open sky memiliki kebijakan berbeda yang memungkinkan tidak dapat dikendalikan pemerintah, khususnya soal harga.
Meski di atas kertas mampu menciptakan peluang baru, namun ada juga tantangan yang harus dihadapi. Misalnya, frekuensi rute penerbangan internasional yang dikuasai maskapai asing. Belum lagi tarif yang menarik wisatawan lokal memilih melancong ke luar negeri. Terakhir, kedaulatan udara terganggu.
Kondisi tersebut jika tidak diantisipasi, maka ekspansi maskapai penerbangan asing bukan tidak mungkin dapat menguasai udara Indonesia. Apalagi pasar Indonesia cukup menggiurkan dengan menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan penumpang tertinggi di dunia.
Maka, perbaikan kualitas perusahaan penerbangan menjadi hal mutlak yang harus dilakukan. Bukan hanya kuantitas pesawat, tapi juga perbaikan kualitas pelayanan baik soal ketepatan waktu penerbangan dan harga yang tidak memberatkan masyarakat.
Pembangunan bandara-bandara baru yang berstandar internasional harus dikebut dan merata di seluruh wilayah-wilayah terpencil. Berikut juga sektor keamanan harus ditingkatkan mulai dari pihak imigrasi untuk pemeriksaan penumpang dan kargo.
https://infogram.com/prediksi-jumlah-penumpang-pesawat-dunia-2036-1h9j6qxpkdjy2gz