close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
enteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu (kiri) berjabat tangan dengan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar (kanan) saat upacara penyambutan resmi kenegaraan sebelum pertemuaan bilateral di Kantor Kementerian Pertahanan Turki, Ankara, Turki, Jumat (8/2). /
icon caption
enteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu (kiri) berjabat tangan dengan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar (kanan) saat upacara penyambutan resmi kenegaraan sebelum pertemuaan bilateral di Kantor Kementerian Pertahanan Turki, Ankara, Turki, Jumat (8/2). /
Bisnis
Kamis, 28 Maret 2019 19:43

Indonesia waspadai gejolak ekonomi Turki

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, sebagai negara berkembang, Indonesia patut waspada terhadap perkembangan ekonomi dunia.
swipe

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia akan mewaspadai gejolak ekonomi yang terjadi di Turki. 

"Kita sebagai negara berkembang, patut waspada terhadap perkembangan ekonomi dunia. Kita terus waspadai perkembangan yang terjadi di negara lain yang berpotensi spillover," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (28/3).

Sri Mulyani mengatakan gejolak yang terjadi di Turki lebih banyak disebabkan sejumlah kebijakan yang dikeluarkan negara itu sendiri, bukan karena persoalan global sistemik. 

"Ini diskusi yang dibuat oleh pemerintah Turki berhubungan pelaku pasar dan dengan kebijakan menyangkut interest rate, exchange rate dan capital flow. Jadi kita berharap tentu ini hanya akan terjadi di Turki dan terbatas di Turki,” kata dia.

Meski demikian, Sri Mulyani menegaskan bukan berarti pemerintah abai begitu saja. Pasalnya, gejolak ekonomi dunia sangat mudah menjalar ke seluruh negara, tak terkecuali Indonesia.

"Kami para stakeholders akan mengantisipasi dampak fiskal, moneter, nilai tukar, dan neraca pembayaran, kata dia.

Dalam delapan bulan terakhir, terutama menjelang pemilihan umum lokal yang berlangsung pada 31 Maret 2019 mendatang, pemerintahan Erdogan terus-terusan mengintensifkan intervensi hampir pada segala aspek perekonomian di Turki.

Mulai dari memberlakukan kontrol harga, memaksa para pemberi pinjaman untuk menjaga kredit mengalir, serta melarang penggunaan dolar Amerika Serikat (AS) dalam sebagian besar kontrak keuangan dalam negerinya.

Bahkan, Erdogan pernah mengintervensi kebijakan moneter bank sentral Turki. Yang terbaru, ia bahkan mengontrol bankir-bankir asing demi mencegah penurunan Lira lebih dalam.

Langkah tersebut membuat para bankir hampir mustahil untuk mengambil posisi short pada Lira atau keluar dari aktivitas carry trades, yakni mengambil keuntungan dari perbedaan tingkat suku bunga. 

Dalam kondisi itu, offshore overnight swap rate atau biaya untuk investor yang menukar mata uang asing dengan lira selama periode tertentu juga naik sekitar 1.000% dari 23%.

img
Soraya Novika
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan