close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Emiten telekomunikasi swasta PT Indosat Tbk. (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk. (EXCL) menderita kerugian hingga triliunan rupiah pada 2018. / kolase
icon caption
Emiten telekomunikasi swasta PT Indosat Tbk. (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk. (EXCL) menderita kerugian hingga triliunan rupiah pada 2018. / kolase
Bisnis
Kamis, 07 Maret 2019 19:59

Indosat dan XL berdarah-darah akibat rugi triliunan rupiah

Kinerja emiten telekomunikasi swasta mencatatkan kerugian sepanjang 2018. Perusahaan harus memutar strategi agar kerugian mampu diatasi.
swipe

Kinerja emiten telekomunikasi swasta mencatatkan kerugian sepanjang 2018. Salah satu penyebabnya adalah kebijakan yang membatasi orang dengan satu Nomor Induk Kependudukan (NIK) e-KTP hanya boleh memiliki tiga kartu SIM.

Group Head Corporate Communication PT XL Axiata Tbk. Tri Wahyuningsih mengatakan, kerugian yang dibukukan oleh emiten berkode EXCL ini disebabkan oleh beban biaya penyusutan yang dipercepat.

"Beban penyusutan yang dimaksud adalah biaya penyusutan yang dipercepat di kuartal IV-2018 sehubungan dengan pengurangan penggunaan jaringan 2G terutama yang telah dimatikan, dibongkar dan usang atau tidak lagi digunakan," kata Tri saat dihubungi Alinea.id, Kamis (7/3).

Menurutnya, akselerasi depresiasi ini murni merupakan penghapusbukuan akuntansi, sebagai hasil dari masa manfaat yang lebih pendek, dan merupakan item non-tunai yang tidak akan mempengaruhi kelangsungan bisnis atau kemampuan untuk melunasi utang. 

Selain itu, penghematan biaya dari listrik yang lebih rendah dan sewa serta pengurangan biaya penyusutan akan meningkatkan laba bersih XL Axiata di masa depan.

"Terkait dengan program pengurangan penggunaan jaringan 2G yang dimaksud, hal ini merupakan bagian dari pelaksanaan strategi transformasi untuk membawa XL Axiata menjadi lebih berfokus pada bisnis data dan menjadi penyedia internet seluler terkemuka di Indonesia," ujar dia. 

Sejak awal tahun lalu, XL Axiata telah mulai mengurangi jaringan 2G di area tertentu sambil terus mengurangi kapasitas di area lain di mana penggunaan 2G menurun.

Langkah ini dianggap dapat memperbarui sebagian besar spektrum yang sebelumnya digunakan untuk 2G sekarang dialokasikan untuk 4G. 

Adapun inisiatif ini merupakan strategi bisnis XL Axiata untuk melakukan modernisasi jaringan yang berkelanjutan guna memastikan pengalaman dan layanan terbaik bagi pelanggan 4G.

Mengutip laporan keuangan perseroan, emiten telekomunikasi ini mencatatkan rugi bersih senilai Rp3,3 triliun sepanjang 2018. 

Sementara itu, perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure senilai Rp7,5 triliun. Dana capex ini didapat dari kas internal. "Akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur data. Mayoritas di luar Jawa," ujar dia.

Sayangnya, Tri tidak menjelaskan secara detail daerah mana saja yang akan dibangun infrastruktur data. Sebagai informasi, saat ini pelanggan kartu XL sebanyak 54,9 juta pengguna yang tersebar di seluruh Indonesia.

Mengutip RTI, menutup perdagangan kemarin (6/3) saham EXCL mampu menguat 0,83% atau naik 20 poin ke level Rp2.420 per lembar. Volume perdagangan sebanyak 3,21 juta dengan frekuensi 1.592 kali dengan turnover Rp7,74 miliar.

Indosat rugi Rp2,4 triliun

Sementara, tidak hanya XL Axiata yang mencatatkan kerugian, PT Indosat Tbk. (ISAT) pun demikian. Sepanjang 2018, ISAT mencatatkan kerugian Rp2,4 triliun.

"Faktor kerugian disebabkan oleh kompetitisi pasar yang sangat ketat. Pada saat yang sama, transformasi industri telekomunikasi melalui penerapan peraturan registrasi simcard semakin memicu persaingan ketat antar operator sejak semester I-2018," kata Turina secara terpisah.

Adapun, ISAT telah mencanangkan strategi sejak tahun lalu agar tidak mencatatkan kerugian kembali. "Kami canangkan strategi LEAD yang menekankan pada transformasi people (employee), network, B2B, deliver value, untuk mendapatkan kepercayaan pelanggan," ucapnya.

Nantinya, LEAD akan memberikan guidance atau bimbingan bagi semua unsur perusahaan tentang empat hal utama yang menjadi fokus perusahaan.

Dari sisi SDM, perusahaan terus membangun tim SDM yang solid untuk membangun kinerja terbaik, menciptakan organisasi yang lincah dan berkinerja tinggi, serta kepemimpinan yang mendorong pertumbuhan talenta masa depan.

Dari sisi network atau jaringan, perusahaan terus berupaya membangun jaringan dengan kualitas video-grade yang kompetitif serta membangun secara menyeluruh jaringan 4G, baik itu di pulau Jawa dan luar pulau Jawa.

Kemudian, B2B yang menjadi mesin baru pertumbuhan perusahaan juga terus dikembangkan dan pada saat yang sama terus memperkuat fundamental dalam layanan ICT.

Sebelumnya, Direktur Utama ISAT Chris Kanter menjelaskan pada tahun ini Indosat menyiapkan capex sebesar Rp10 triliun pada 2019. Dana tersebut sebagian besar akan digunakan perseroan untuk menambah jumlah Base Tranceiver Station (BTS). 

"Sekitar 88% dari capex akan digunakan untuk membangun BTS 4G di seluruh Indonesia. Sisa capex dipakai untuk mengembangkan infrastruktur jaringan yang berupa infrastruktur jaringan akses (radio dan transport), jaringan core (packet core dan gateaway) dan infrastruktur IT lainnya," kata dia di Kantor Pusat Indosat Ooredoo, Jakarta , Kamis (24/1).

Sumber capex berasal dari penerbitan obligasi, sukuk, kas internal, dan fasilitas pinjaman lainnya. "Sebagian dananya dari penerbitan tahap pertama obligasi dan sukuk itu Rp2 triliun," ujarnya.

Mengutip RTI, menutup perdagangan kemarin (6/3) saham ISAT anjlok 4,09% atau 130 poin ke level Rp3.050 per lembar. Volume perdagangan sebanyak 35,8 juta dengan frekuensi 2.211 kali dengan turnover Rp17,89 miliar.  

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan