Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menyatakan banyak kendala yang dihadapi industri makanan dan minuman (mamin) akibat pandemi Covid-19. Dalam survei yang dilakukan Gapmmi, 71,4% pelaku industri mamin mengaku penjualan mereka turun 20%-40% akibat pandemi Covid-19.
Ketua Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan pihaknya juga melakukan survei lanjutan terkait tenaga kerja di industri mamin. Hasilnya, 50% pelaku industri mamin yang disurvei menyatakan ragu dan tak yakin dalam menjamin pembayaran upah karyawan dan tunjangan hari raya (THR) secara utuh.
Sementara, lanjut Adhi, sebanyak 46% pelaku industri mamin menyatakan perusahaannya masih bisa bertahan di atas lima bulan.
"Sedangkan 52% hanya tahan satu sampai lima bulan," tutur Adhi, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) virtual bersama Komisi VI DPR RI, Senin (27/4).
Adhi melanjutkan, selain masalah operasional, pelaku industri mamin juga berhadapan dengan masalah lain yaitu kebijakan yang tidak selaras antara pemerintah pusat dan daerah.
"Kalau pusat tetap memberikan izin operasi, di beberapa daerah minta semua industri tutup total," ujar Adhi.
Lebih lanjut, Adhi meminta agar pemerintah menambah stimulus untuk penanganan Covid-19 menjadi Rp1.600 triliun seperti saran Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin).
Gapmmi juga meminta kepada pemerintah memasukkan industri mamin ke dalam salah satu sektor industri yang mendapatkan penurunan harga gas industri dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Sebab Gapmmi melihat industri mamin kesulitan dan tak layak untuk menaikkan harga jual dalam kondisi pandemi.
"Pembelian gas dari PGN kami harap bisa menggunakan fix rate Rp14.000 per dolar AS," katanya.