close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pekerja memeriksa komponen pesawat NC212i di Hanggar Fixed Wing PT Dirgantara Indonesia (PTDI), di Bandung, Jawa Barat, Senin (15/1)/ANTARAFOTO
icon caption
Pekerja memeriksa komponen pesawat NC212i di Hanggar Fixed Wing PT Dirgantara Indonesia (PTDI), di Bandung, Jawa Barat, Senin (15/1)/ANTARAFOTO
Bisnis
Minggu, 04 Februari 2018 10:15

Industri MRO diprediksi capai US$2,2 miliar

Maskapai dunia mengeluarkan dana sebesar US$ 72,81 miliar untuk melakukan perawatan pesawat di 2016.
swipe

Industri Aircraft Modification, Repair, dan Overhaul (MRO) Indonesia diprediksi mencapai US$2,2 miliar di 2025 atau naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang sebesar US$970 juta dolar. Potensi pertumbuhan itu menghitung pasar perawatan pesawat di dunia yang diperkirakan terus meningkat. 

"Industri MRO Indonesia semakin kompetitif. Saat ini sudah mampu menyediakan berbagai jasa perawatan pesawat, antara lain airframe, instrument, engine, radio, emergency equipment, dan line maintenance," ujar Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian Harjanto seperti dilansir dari Antara. 

Harjanto menyebutkan, pada 2016, maskapai dunia mengeluarkan dana sebesar US$ 72,81 miliar untuk melakukan perawatan pesawat. Dari nilai tersebut, Amerika Utara menjadi penyumbang terbesar yang mencapai US$21,2 miliar, diikuti Eropa sekitar US$20,7 miliar dan Asia Pasifik US$13,3 miliar.

Di tahun 2025, pasar perawatan pesawat di dunia diperkirakan terus meningkat dengan pertumbuhan 3,9% sehingga menjadi US$106,54 miliar.  "Asia Pasifik akan mengalami pertumbuhan terbesar, yakni 5,8% dibanding Amerika Utara 0,9% dan Eropa 2,35%," paparnya.

Di sisi lain, perusahaan MRO di Eropa dan Amerika Utara mulai fokus menggarap industri berteknologi tinggi dan padat modal. Sedangkan untuk jasa perawatan pesawat yang tergolong padat karya, bakal diserahkan kepada pihak lain.

"Kondisi ini akan memberikan peluang bagi industri MRO di Asia Pasifik termasuk di Indonesia," ungkapnya.

Peluang bisnis tersebut perlu ditangkap oleh industri MRO nasional yang saat ini jumlahnya mencapai 32 perusahaan, yang tergabung dalam Indonesia Aircraft Maintenance Service Association (IAMSA). Kemenperin dan pemangku kepentingan akan berkolaborasi guna lebih meningkatkan daya saing industri MRO nasional. Adapun langkah strategis yang dilakukan dalam menunjang hal tersebut, diantaranya adalah pengembangan sumber daya manusia industri, pembangunan kawasan industri terpadu, pemenuhan standar kualitas, dan penguatan industri komponen pesawat.

"Kami akan melakukan pembicaraan yang lebih intens bersama produsen pesawat, terutama Airbus dan Boeing agar dapat mendirikan Aircraft Engineering Center di Indonesia," ujar Harjanto.

Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan bisnis industri perawatan pesawat dalam negeri tumbuh 9% pada periode lima tahun terakhir. Beberapa bandara yang berpotensi dikembangkan industri ini adalah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dan Bandara Internasional Frans Kaisiepo Biak (Papua). Keberadaan industri MRO di dua bandara ini cukup penting untuk mengefisienkan biaya perawatan.

"Bukan hanya pesawat, MRO ini dapat digunakan untuk perawatan helikopter yang menjadi salah satu transportasi udara utama kawasan Indonesia Timur," ujar Gusti.

img
Hermansah
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Berita Terkait

Bagikan :
×
cari
bagikan