Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan pertumbuhan ekonomi Kuartal II-2022 sebesar 3,72% secara kuartalan (quarter to quarter/qtq) atau 5,44% secara tahunan (year on year/yoy). Adapun secara kumulatif Januari-Juni 2022, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,23% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kepala BPS Margo Yuwono menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia paling tinggi berasal dari kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 0,82% dari total pertumbuhan. Kemudian, lapangan usaha lainnya adalah transportasi dan pergudangan yang memberikan andil sebesar 0,76% dari total pertumbuhan.
“Diikuti oleh perdagangan 0,58% dan Infokom (informasi dan komunikasi) sebesar 0,50%. Dan lapangan usaha sisanya sebesar 2,78%,” ujarnya dalam Rilis BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2022, Jumat (5/8).
Sementara itu, jika dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi disokong oleh seluruh komponen pengeluaran, kecuali konsumsi pemerintah yang memeiliki andil sebesar 6,94% dan pertumbuhan -5,24% yoy. Sebaliknya, komponen pengeluaran dengan pertumbuhan tertinggi berasal dari ekspor yang tumbuh sebesar 19,74% yoy.
“Karena memperoleh windfall dari kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global. Karena harga di pasar global sedang bagus, Indonesia jadi memeperoleh keuntungan dan ekspor kita tumbuh,” tuturnya.
Adapun penyumbang utama dari PDB (produk dmestik bruto) Indonesia berasal dari komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga. Kata Margo, pertumbuhan konsumsi rumah tangga cukup impresif, yakni mencapai 5,51% yoy dengan andil 51,47% dari total pertumbuhan. Sedangkan, komponen pengeluaran PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) alis investasi tumbuh moderat sebesar 3,07% dan andil sebesar 27,31%.
Kemudian, jika dilihat dari wilayah, ekonomi Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yang memiliki kontribusi sebesar 56,55% dengan pertumbuhan mencapai 5,66%. Selanjutnya, disusul oleh Sumatera yang tumbuh sebesar 4,95% dan kontribusi sebesar 22,03% terhadap total ekonomi Indonesia.
“Kalau dilihat dari pertumbuhan tertinggi Maluku dan Papua yang tumbuh 13,01%, tetapi memberikan andil ataupada ekonomi nasional hanya 2,51%,” kata Margo.