Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) hingga kuartal II-2019 tumbuh 20,71% dari industri pengolahan non migas keseluruhan. Hal ini juga mendorong meningkatnya ekspor di sektor ini.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan kinerja ekspor industri TPT nasional dalam kurun tiga tahun terakhir terus menanjak. Ekspor TPT pada tahun 2016 mencapai US$11,87 miliar, kemudian US$12,59 miliar pada 2017 dengan surplus US$5 miliar.
“Tren ini berlanjut sampai dengan 2018 dengan nilai ekspor US$13,27 miliar,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima Alinea.id, Selasa (6/8).
Dia melanjutkan, industri tekstil dan pakaian tumbuh signifikan dengan didukung peningkatan produksi di beberapa sentra produksi.
Selain itu Airlangga menegaskan, industri TPT nasional semakin kompetitif di kancah global. Pasalnya, produk tekstil nasional telah memiliki daya saing tinggi.
“Hal ini lantaran struktur industrinya sudah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional,” ujarnya.
Ia pun mengatakan, industri TPT merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang sedang diprioritaskan pengambangannya sesuai dengan peta jalan Indonesia dalam kerangka industri 4.0.
"Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri TPT merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang sedang diprioritaskan pengembangannya sebagai sektor pionir dalam penerapan industri 4.0," tuturnya.
Ia juga berharap, industri TPT dalam kurun waktu tahun 2030 dapat masuk ke dalam lima produsen tekstil terbesar di dunia.
Industri makanan dan minuman
Sementara itu di sektor industri makanan memberikan sumbangsih signifikan terhadap peningkatan nilai investasi sebesar US$323 juta Penanaman Modal Asing (PMA) dan Rp12,3 triliun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada paruh kedua tahun ini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 7,99% selama triwulan kedua tahun 2019.
“Pertumbuhan industri makanan dan minuman dipengaruhi oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor,” katanya.
Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah selain permintaan domestik yang besar, menjadi salah satu pendorong pertumbuhan investasi di sektor ini.
“Sejumlah produsen masih percaya diri dan optimistis untuk meningkatkan investasi dan berekspansi guna memenuhi permintaan pasar,” ucapnya.
Selain itu, total penyerapan tenaga kerja pada sektor industri makanan dan minuman menyerap cukup banyak, angkanya mencapai 1,2 juta orang.
Airlangga memaparkan, secara keseluruhan sektor manufaktur mampu melampaui pertumbuhan ekonomi di periode yang sama di tahun lalu. Secara keseluruhan, pada triwulan kedua 2019, industri pengolahan nonmigas tumbuh 3,98% (year-on-year/yoy).
Dia juga menyampaikan, sektor industri masih memberikan kontribusi paling besar terhadap struktur produk domestik bruto (PDB) nasional. Pada triwulan kedua tahun 2019 dengan capaian 19,52% yoy. Sepanjang paruh kedua ini, pertumbuhan ekonomi mencatatkan di angka 5,05%.