Pemadaman listrik yang terjadi pada Minggu (4/8) hingga Senin (5/8) membuat industri pertekstilan merugi.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebutkan kejadian listrik mati total tiba-tiba berdampak pada industri tekstil dan garmen yang berada di Jawa Barat.
Sekretaris Umum API Jabar Kevin Hartanto mengatakan sejumlah tenaga kerja terpaksa diliburkan walaupun upah mereka tetap dibayar. Selain itu, kerugian bahan baku serta kerusakan mesin turut membayangi perusahaan tekstil akibat pemadaman tersebut.
“Contohnya divisi benang yang kemarin memintal, dilaporkan banyak kejadian benang putus. Untuk menyambungkan kembali dibutuhkan waktu berjam-jam,” ujar Kevin saat dihubungi, Senin (5/8).
Walaupun listrik telah normal, lanjut Kevin, produksi belum sepenuhnya normal karena pengusaha masih diliputi ketidakpastian karena membuat jadwal pekerja menjadi tidak pasti.
API pun mendesak PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk memotong tagihan listrik sesuai dengan peraturan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2017 lalu, yang menyebutkan adanya pemberian ganti rugi dari perusahaan listrik pelat merah tersebut.
Kevin menyebutkan, biaya listrik untuk satu pabrik per bulan bisa mencapai miliaran rupiah. Bahkan, industri tekstil skala besar bisa menghabiskan biaya hingga puluhan miliar rupiah.
Untuk alternatif pengganti listrik seperti genset, Kevin mengatakan industri tekstil berbeda dengan mal dan layanan lainnya yang menggunakan genset untuk mengatasi kebutuhan listrik saat padam.
“Genset hanya buat kantor, ada beberapa unit produksi pakai tapi cuma beberapa lama. Sekarang saja teman-teman sudah repot penyediaan solarnya,” katanya.
Sementara itu, Vice Chief Executive Officer PT Pan Brothers Tbk. Anne Patricia Sutanto mengatakan salah satu pabriknya yang berada di Tangerang, Banten ikut terdampak pemadaman listrik PLN. Untuk itu, pabriknya menggunakan genset untuk melanjutkan produksi akibat pemadaman listrik PLN.
“Kebetulan pabrik kami sebagian besar berada di Jawa Tengah dan semua beroperasi normal. Hanya di Tangerang yang dioperasikan dengan genset,” kata Anne saat dihubungi terpisah.
Hingga saat ini, Anne mengaku belum ada kerugian secara materiil yang disebabkan oleh pemadaman listrik pada emiten berkode PBRX tersebut. Namun, Anne mengatakan pihaknya harus mengeluarkan ongkos solar untuk menyalakan genset tersebut.
“Tapi ongkos energi Pan Brothers secara total juga hanya 1% dari revenue,” ujar Anne.