close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi rupiah. Foto Unplash.
icon caption
Ilustrasi rupiah. Foto Unplash.
Bisnis
Selasa, 23 Agustus 2022 16:33

BI: Inflasi 2022 bisa tembus 5,24% akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi

Bank Indonesia (BI) menaikkan asumsi inflasi tahun ini menjadi 5,24%.
swipe

Bank Indonesia (BI) menaikkan asumsi inflasi tahun ini menjadi 5,24%. Sebelumnya bank sentral memperkirakan inflasi hanya sedikit di atas sasaran inflasi yang sebesar 3,0±1% atau 4%.

"Dengan melihat berbagai perkembangan, inflasi inti 2022 secara yoy (year on year) bisa sedikit lebih tinggi dari 4%, atau kurang lebih 4,15%. Sedangkan inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) pada 2022 di atas 5% atau di atas 5,24%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, di sela-sela Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Agustus 2022 yang tayang secara daring, Selasa (23/8).

Perry mengatakan tingginya inflasi merupakan dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi kelompok pangan bergejolak atau volatile foods, serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Harga energi dan pangan global diprediksi masih tinggi disertai dengan adanya kesenjangan pasokan.

"Inflasi pada tahun 2022 dan 2023 berisiko melebihi batas atas sasaran 3,0±1%," ujar Perry. 

Menurut Perry, tekanan inflasi meningkat terutama karena tingginya harga komoditas pangan dan energi  global. Hal tersebut terlihat dari inflasi IHK Juli 2022 yang tercatat sebesar 4,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35% (yoy). Inflasi volatile foods tercatat sangat tinggi mencapai 11,47% (yoy), terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan.

Lalu, inflasi kelompok harga diatur pemerintah (administered prices) juga meningkat menjadi 6,51% pada periode yang sama akibat kenaikan tarif angkutan udara dan harga BBM nonsubsidi. 

“Meskipun pemerintah memberi subsidi energi, listrik, dan lainnya, tapi untuk BBM yang nonsubsidi mengalami peningkatan, dan ini mendorong inflasi administered prices baik harga BBM maupun rambatannya kepada tarif angkutan khususnya angkutan udara,” jelasnya.

Oleh karena itu, lanjut Perry, BI mengambil kebijakan menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) atau menjadi 3,75% setelah beberapa waktu sebelumnya bertahan di 3,50%. Hal tersebut diambil sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan BBM nonsubsidi dan inflasi volatile food.

"Juga sebagai langkah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sehingga bisa sejalan dengan nilai fundamentalnya di tengah ketidakpastian pasar keuangan global dan pertumbuhan ekonomi domestik yang makin kuat," tuturnya. 

BI juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3% dan suku Bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan