Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi sepanjang Mei 2019 sebesar 0,68%, dengan inflasi tahun kalender (Januari-Mei 2019) sebesar 1,48% dan inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) sebesar 3,32%.
"Dengan target yang dipasang sebelumnya sebesar 3,5%, maka inflasi Mei 2019 masih dicatat terjaga dan terkendali," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (10/6).
Suhariyanto mengungkapkan inflasi Mei 2019 lebih tinggi dibandingkan inflasi Mei 2018 yang hanya mencapai 0,21%. Hal ini disebabkan kenaikan harga musiman Ramadan dan Lebaran tahun ini terpusat pada Mei 2019.
Lebih lanjut, Suhariyanto menjelaskan inflasi 2019 tersebut didapat dari hasil pemantauan terhadap total 82 kota. Di mana 81 kota di antaranya mengalami inflasi dan hanya satu kota saja yang mengalami deflasi.
"Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 2,91% dan terendah terjadi di Kediri sebesar 0,05% serta yang deflasi terjadi di Merauke sebesar -0,49%,” katanya.
Inflasi juga terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran.
Mulai dari kelompok bahan makanan sebesar 2,02%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,56%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,06%.
Selanjutnya, kelompok sandang sebesar 0,45%, kelompok kesehatan sebesar 0,18%, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03%, dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,54%," tuturnya.
Berdasarkan komponennya, inflasi Mei 2019 disebabkan oleh komponen inti yang mengalami inflasi sebesar 0,27%. Di mana tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Mei) 2019 sebesar 1,17% dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Mei 2019 terhadap Mei 2018) sebesar 3,12%.