Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi pada Oktober 2022 turun menjadi 5,71% year on year (yoy), padahal mencapai 5,95% (yoy) pada September. Berdasarkan kelompok, inflasi didominasi tekanan biaya transportasi yang naik 16,03% (yoy) dengan andil inflasi sebesar 1,92% (yoy).
"Penyumbang inflasi tertinggi secara year on year ini beberapa komoditas, seperti bensin, tarif angkutan dalam kota, beras, solar, termasuk tarif angkutan antarkota, tarif kendaraan online, termasuk bahan bakar rumah tangga," tutur Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setyanto, dalam telekonferensi pers, Selasa (1/11).
Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan (Kalimantan), dengan 9,11% (yoy), lalu Kota Kupang (Bali Nusra) 8,06% (yoy), Kota Padang (Sumatra) 7,92% (yoy), Kota Parepare (Sulawesi) 7,66% (yoy), Kota Serang (Jawa) 7,54% (yoy), dan Kota Jayapura (Maluku Papua) 7,43% (yoy). Terendah di Kota Ternate (Maluku Papua) sebesar 3,32% (yoy).
"Oktober 2022 ini terjadi pelemahan tekanan inflasi untuk komponen harga bergejolak. Ini yang meredam kenaikan inflasi tahunan kita," imbuh Setyanto.
Penurunan komponen harga bergejolak disebabkan menurunnya beberapa harga komoditas pangan dibandingkan September lalu. Namun, komponen harga yang diatur pemerintah masih terpantau tinggi pasca-2 bulan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM), yang mendorong kenaikan harga bensin, bahan bakar rumah tangga, dan tarif angkutan dalam kota.
Selain itu, BPS mencatat, inflasi inti pada Oktober 2022 mencapai 3,31% (yoy). Harga yang diatur pemerintah juga masih tinggi di 13,28% (yoy) dan harga bergejolak turun di 7,19% (yoy).
"Inflasi di bulan Oktober 2022 ini kalau dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya, mengalami deflasi 0,11% month to month (mtm)," jelas Setyanto.
Deflasi ini didorong adanya penurunan harga komoditas cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, cabai rawit, tomat, dan bawang merah. Adapun deflasi terbesar secara bulan ke bulan berdasarkan kelompok adalah makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,97% (mtm) atau andil terhadap deflasi 0,25%.