close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
 Gubernur BI Perry Warjiyo. Antara/dokumentasi
icon caption
Gubernur BI Perry Warjiyo. Antara/dokumentasi
Bisnis
Kamis, 22 September 2022 15:33

Ini alasan BI naikkan suku bunga acuan

Kenaikan suku bunga acuan juga diiringi dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,50% dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,00%.
swipe

Bank Indonesia (BI) memilih untuk ikut menaikkan suku bunga acuan BI7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak 50 basis poin menjadi ke level 4,25%. Kenaikan ini juga diiringi dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,50% dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,00%.

Keputusan ini diambil berdasarkan ketetapan dalam Rapat Dewan Gubernur BI edisi September 2022 pada Kamis (22/9). Kenaikan ini menjadi kenaikan kedua berturut-turut setelah pada Agustus lalu, BI juga menaikkan suku bunga acuannya 25 bps ke 3,75%.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5%,” jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi Pers BI, Kamis (22/9).

Dalam paparannya, Perry menyebutkan perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah yang disertai iringan tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global. Bahkan menurutnya penurunan pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih besar di 2023, terutama di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China yang akan disertai risiko resesi di sejumlah negara maju.

Seperti diketahui, langkah pengerekan suku bunga juga dilakukan Bank Sentral Amerika, The Fed pada Rabu (21/9) waktu setempat. The Fed menaikkan suku bunga acuan di kisaran 3% hingga 3,25%. Ketua The Fed, Jerome Powell bahkan meyakini dengan menaikkan suku bunga acuannya tersebut dapat berisiko peningkatan jumlah pengangguran, perlambatan ekonomi, bahkan hingga resesi. Keputusan berat tersebut tetap diambil sebagai upaya menekan laju inflasi di Amerika agar kembali di 2% pada tahun 2025.

“Inflasi di negara maju maupun negara emerging market meningkat tinggi, bahkan inflasi inti berada di tren meningkat sehingga mendorong bank-bank sentral di banyak negara melanjutkan kebijakan moneter agresif,” tutur Perry.

Gubernur BI juga menjelaskan perbaikan ekonomi nasional akan tetap terus berlanjut yang tercermin melalui indikator dini pada Agustus 2022 dan hasil survei BI terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur yang terus membaik.

“Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diperkirakan tetap baik, khususnya CPO, batu bara, serta besi dan baja seiring dengan permintaan beberapa mitra dagang utama yang masih kuat dan kebijakan Pemerintah untuk mendorong ekspor CPO dan pelonggaran akses masuk wisatawan mancanegara,” imbuhnya.

Perry pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 Indonesia akan tetap bisa ke atas dalam kisaran 4,5% hingga 5,3%.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan