Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan, realisasi investasi Indonesia selama Januari hingga September 2022 telah mencapai Rp892,4 triliun atau naik 35,5% year on year (yoy).
Capaian ini setara dengan 74,4% dari target realisasi investasi 2022 yang ditetapkan sebesar Rp1.200 triliun. Dengan demikian, artinya realisasi investasi di 2022 masih kurang Rp307,6 triliun.
Bahlil mengakui, kondisi perekonomian global yang tidak pasti saat ini membuat sebagian pengusaha pesimistis, namun masih banyak juga menurutnya yang optimistis. Maka ia pun yakin bahwa realisasi investasi bisa mencapai target Rp1.200 triliun.
“Ini fakta ya. Banyak pengusaha yang pesimis, tetapi tidak sedikit juga yang optimis sekalipun kondisi global memang gelap di 2023,” ucap Bahlil dalam konferensi pers “Realisasi Investasi Triwulan III 2022” di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Senin (24/10).
Bahlil membeberkan, pihaknya telah memiliki cara untuk memastikan target investasi bisa tercapai. Cara tersebut yaitu, pendataan seluruh perusahaan yang telah melakukan investasi lebih dari 60% dan memiliki target untuk rampung hingga akhir tahun ini.
“Kami sudah melakukan hitung-hitungan untuk perusahaan-perusahaan ini by name, jenis usaha, alamatnya, investasinya, hinga kapan closing selesainya,” ungkap Bahlil.
Sedangkan untuk investasi 2023 yang ditargetkan mencapai Rp1.400 triliun, menurut Menteri Investasi, dirinya belum bisa memastikan akan tercapai atau tidak. Tetapi Bahlil bilang, Indonesia masih memiliki secercah harapan. Ia mengaku baru bisa memastikan terkait investasi 2023 pada November.
Adapun sektor prioritas di tahun depan yang berpotensi diminati kata Bahlil adalah hilirisasi tambang, perkebunan, pergudangan, telekomunikasi, hingga pariwisata yang mulai bangkit saat ini.
“Apakah optimis? Harus optimis, tetapi optimis yang terukur. Maka kami saat ini sedang menyusun perusahaan-perusahaan apa saja yang akan datang untuk investasi. Perusahaan mana saja yang sudah eksisting dan akan melanjutkan investasi ke depannya,” tandasnya.
Yang terpenting menurut Bahlil, untuk meningkatkan pertumbuhan investasi di 2023 adalah stabilitas politik dan ekonomi dalam negeri. Terlebih Indonesia akan memasuki masa Pemilihan Umum 2024, maka risiko ketidakstabilan dalam negeri bisa saja terjadi.