close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto: dok. Kementerian Pertanian
icon caption
Foto: dok. Kementerian Pertanian
Bisnis
Senin, 15 Januari 2018 10:13

Inovasi pertanian, menanam padi di lahan perkebunan

Inovasi pertanian bukan tidak ada, banyak malah. Kali ini terobosan teknologi budaya dilakukan di atas lahan perkebunan. 
swipe

Selama dua pekan ini, masyarakat harus merogoh kocek lebih dalam membeli kebutuhan pangan. Seperti diketahui, harga pangan mulai dari beras, daging, cabai hingga bawang merah meroket. Stok disebut-sebut menjadi pangkal masalah dari kenaikan harga pangan.

Persoalan pangan ini menimbulkan pertanyaan, apakah benar pemerintah tidak mampu memastikan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat? Jika persoalannya stok yang terkendala, termasuk soal distribusi dan cuaca juga masa panen, maka bisa dipastikan masalahnya adalah tata niaga serta minimnya inovasi di dunia pangan. 

Tulisan kali ini lebih menyoroti soal inovasi di sektor pertanian. Harus diakui, inovasi pertanian bukan tidak ada, banyak malah. Kali ini, terobosan teknologi budaya dilakukan di atas lahan perkebunan. 

Larik gogo atau yang dikenal Largo pertama kali diperkenalkan di Kebumen. Largo disebut merupakan terobosan teknologi budidaya padi gogo dengan merekayasa jumlah populasi per hektare (ha) minimal 200.000 rumpun dengan menerapkan cara tanam jajar legowo. 

Kebumen menjadi lokasi penanaman Largo dengan alasan wilayah tersebut merupakan daerah kering dan unik. Berlokasi sekitar 1-3 kilometer dari laut, namun air yang mengalir di daerah tersebut tidaklah asin. Di bawah tegakan kelapa kosong atau hortikultura sayur dan bambu, padi bisa ditanam. 

Dalam informasi yang dipublikasikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, instansi tersebut telah mengembangkan varietas unggul baru padi gogo. Padi  dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi hingga ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut.

Dua varietas unggul padi gogo dataran tinggi tersebut adalah LUHUR 1 dan LUHUR 2. Kedua varietas tersebut merupakan hasil persilangan  yang dilakukan oleh peneliti-peneliti Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Varietas  LUHUR 1 mampu berproduksi hingga 6,4 ton per hektare di lahan kering dataran tinggi. Varietas ini dapat dipanen pada umur 124 hari, lebih genjah dibandingkan varietas lokal yang biasa ditanam oleh petani gogo dataran tinggi. Tekstur nasi ini tergolong pulen. Kelebihan lain dari varietas ini adalah toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap tanah masam dan tahan terhadap penyakit blas.

Varietas LUHUR 2 mampu berproduksi hingga 6,9 ton per hektare di lahan kering dataran tinggi. Varietas ini dapat dipanen pada umur 123 hari. Varietas ini juga toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap tanah masam serta tahan terhadap penyakit blas. Dihasilkannya varietas unggul padi gogo ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi di dataran tinggi sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

Tidak hanya padi, bawang merah yang merupakan komoditas hortikultura juga telah berkembang secara teknologi. Seperti diketahui, harga bawang merah terus meroket pekan ini. Kenaikan tersebut juga mengerek harga benih bawang merah. Pasalnya, selama ini belum ada pemisahan yang jelas antara usaha bawang merah konsumsi dan benih.

Mengatasi ketersediaan benih, digunakan benih asal biji botani TSS (True Seed of Shallot) yang memiliki keunggulan seperti,  kebutuhan jumlah benih lebih rendah, penyimpanan lebih mudah dan lebih panjang. Selain itu juga bebas virus dan penyakit. Lokasi budidaya TSS dilakukan di lahan subur, bahkan di lahan bekas sawah pun bisa dengan iklim kering tidak masalah. 

Lewat sejumlah penemuan tersebut, seharusnya dapat mengurangi permasalahan terkait stok yang kerap mengalami defisit. Asalkan pemerintah mampu mendorong petani mengaplikasikan penemuan tersebut. 

img
Mona Tobing
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan