Direktur Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Nasrullah, menyampaikan rata-rata populasi ternak di Indonesia naik sebesar 8% setiap tahun. Ia mengklaim kenaikan ini disokong oleh program intervensi, yaitu inseminasi buatan dan transfer embrio.
Nasrullah mengaku bangga karena keandalan teknologi kedua intervensi tersebut diakui negara lain. Terbukti, ada pengiriman beberapa petugas PKH negara lain untuk belajar ke Indonesia.
“Palestina, Kyrgyzstan, Timor Leste, Sudan, dan Suriname adalah beberapa negara yang sudah mengirimkan petugasnya untuk belajar ke Indonesia,” kata Nasrullah dalam keterangannya, dikutip Rabu (30/11).
Ia pun mengimbau kepada seluruh pihak termasuk jajaran PKH dan pemerintah daerah (pemda) untuk tetap menjaga kekompakan. Jika kekompakan terjaga, ia yakin upaya meningkatkan populasi dan produksi ternak untuk mewujudkan swasembada protein hewani di Indonesia bisa dicapai.
Selain itu, dengan kondisi Indonesia saat ini yang masih dilanda Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Nasrullah juga meminta agar dinas provinsi atau kabupaten/kota dan petugas agar bisa berinovasi untuk memasifkan pelaksanaan vaksinasi, penandaan dan pendataan ternak untuk menghindari kejadian PMK berulang.
“Buat inovasi, misalnya satu kecamatan satu tim. Tim ini terdiri dari petugas inseminasi buatan, transfer embrio, vaksinasi, bahkan sampai pendanaan dan pendataan,” tutur Nasrullah.
Ucapan terima kasih juga disampaikan oleh Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Suganda. Ia bilang, seluruh pihak baik pemda maupun petugas telah bekerja keras mendukung kegiatan Sapi Kerbau Komoditas ANdalan Negeri (Sikomando), vaksinasi, penandaan dan pendataan ternak di lapangan.
“Ke depan, pelayanan reproduksi diutamakan pada ternak yang telah dilakukan penandaan ternak atau eartag QR Code. Karena dengan penandaan ini, diperoleh manfaat ternak beridentitas ternak berkualitas,” tuturnya.