Pemerintah telah mengintruksikan ke Perum Bulog untuk melakukan impor beras sebanyak 2 juta ton. Namun, kebijakan tersebut tampaknya menjadi beban bagi Perum Bulog, mulai dari pembiayaan, kedatangan beras itu di pelabuhan, hingga penyimpanan di gudang.
"Teman-teman sekarang lihat ada 3-4 kapal besar. Ini masalah juga. Begitu kapal bersandar, kami yang bertanggung jawab," kata Dirut Bulog Budi Waseso atau akrab dipanggil Buwas, usai Roundtable Ketahanan Pangan di Tahun Politik 2019, Senin (24/9).
Pengadaan impor beras itu juga menggunakan utang dari bank dengan bunga yang terus berjalan meski beras impor tak kunjung disalurkan.
"Selama ini, kami perlu meminjam uang dari bank-bank BUMN untuk pengadaan. Pengadaan itu 1,8 juta ton impor lama, dan sudah berdatangan 1,4 juta ton. Sudah di gudang saya," ujarnya.
Beras yang terlalu lama disimpan, kualitas akan menurun. Selain itu bunga komersial juga terus berjalan.
Sebelumnya, Buwas juga mengungkapkan beras yang diimpor pada periode awal juga sudah ada yang rusak.
"Kalau memang membutuhkan impor, saya tidak apa-apa. Tetapi ini kebutuhannya apa? Kan belum jelas. Tetapi kalau beras impor yang masuk di awal sudah mulai rusak. Ini siapa yang menanggung? Tidak ada!" imbuhnya.
Buwas menegaskan dirinya menolak impor beras. Buwas lebih memilih menyerap produksi dalam negeri sebanyak mungkin untuk cadangan beras Bulog. Namun harus melaksanakan penugasan dari pemerintah itu.