Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengingatkan, agar pelaku pasar mengantisipasi dampak dari aksi invasi Rusia ke Ukraina.
"Invasi awal telah dimulai, dan ini akan menjadi sebuah kejutan tersendiri bagi pelaku pasar dan investor," ujar Nico, saat dihubungi Kamis (24/2).
Invasi militer tersebut, diperkirakan berdampak pada sektor komoditi tertentu dan berdampak pada pergerakan saham emiten di sektor tertentu, seperti pertambangan.
"Komoditas yang mengalami kenaikan tentu akan memberikan cerita tersendiri bagi emiten yang bergerak pada sektor usaha tersebut. Perhatikan dan amati setiap sentimen yang terjadi di pasar," tutur dia.
Sementara itu menurut Equity And Financial Advisor PT UOB Kay Hian Sekuritas Agoes Halim, konflik ini akan menyebabkan kenaikan pada harga komoditas dan beberapa Investasi.
“Kalau menurut saya, Rusia banyak bergerak di minyak dan gas. Komoditas ini juga di supplai ke Eropa. Rusia juga punya nikel yang lumayan besar. Kemudian komoditas lainnya seperti gandum dan bunga matahari. Otomatis jika perang pecah seperti sekarang ini akan berdampak pada pasokan globalnya," ungkap Agoes saat dihubungi Alinea.id, Rabu (24/2).
Namun siapa sangka kata Agoes, kenaikan ini dapat menjadi sinyal baik untuk Indonesia. Karena Indonesia merupakan negara produsen komoditas pertambangan terbesar termasuk minyak, batu bara, nikel dan gas.
“Padahal sekarang setok suplai nikel sudah berkurang karena perang Ukraina dengan Rusia ini. Maka harga nikel akan menjulang tinggi, apalagi minyak dan gas naik. Otomatis turunan komoditas seperti batu bara juga pasti akan ada kenaikan. Sehingga menyebabkan inflansi di dunia," ungkapnya.
Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (24/2). IHSG ditutup melemah 102,2 poin (1,48%) pada 6.817,82. Asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp894,27 miliar.