Indonesian Petroleum Association (IPA) menyebut kenaikan harga minyak mentah dunia berdampak baik pada investasi hulu minyak dan gas (migas) di Indonesia. Ali Nasir dari IPA mengatakan, meski demikian, kenaikan harga migas juga berdampak menimbulkan gap antara produksi dan konsumsi.
"Harga minyak dunia saat ini membawa dampak positif bagi Indonesia karena akan menarik investasi di industri hulu migas," ucapnya dalam keterangan resminya, Kamis (14/4).
Dia menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri, masih perlu impor sekitar 700.000 barel per hari (bph). Kondisi ini membuat cadangan devisa menjadi terkuras.
Tidak berhenti di situ, menurutnya, tantangan industri migas ke depan akan semakin besar. Mulai dari beralihnya investasi perusahaan migas ke industri terbarukan, dan semakin ketatnya perbankan dalam memberikan pinjaman untuk kegiatan industri hulu migas.
Lebih lanjut dia mengatakan, ada tiga kriteria dalam investasi industri hulu migas. Di antaranya prospecivity, fiscal term, dan legal stability.
"Prospectivity atau geologi adalah given dari tuhan, kami tidak bisa berbuat banyak, tapi kami bisa memaksimalkan fiscal term dan legal stability karena merupakan buatan manusia yaitu DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan pemerintah," tuturnya.
Sementara itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, Indonesia masih memiliki peluang investasi yang sangat besar pada kegiatan hulu migas.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan, masih ada 128 basin yang sangat potensial untuk dieksplorasi. Dari 128 basin, 20 di antaranya sudah beroperasi, 19 sudah di-drill dan ditemukan hydrocarbon dan 68 basin masih belum di-drill.
"Jadi parameter investasinya terutama attractive plant-nya masih oke, inilah tantangan industri migas ke depan," ujarnya.
Julius menjelaskan, dengan banyaknya basin yang belum digarap memerlukan effort sangat besar untuk me-convert resources jadi reserve.
"Ini sangat menantang sekali migas Indonesia dari barat ke timur dari offshore maupun onshore. Ada basin yang sudah di-dril dan ditemukan hidrocarbon tapi belum dikomersilkan, ada undeveloped discovery yang harus kami kerjasamakan bersama investor dan pemerintah," katanya.
Pihaknya memprediksi industri migas akan terus tumbuh hingga 2030-2050. Sehingga, diharapkan kegiatan produksi dan supply juga akan mengalami kenaikan, meski diperkirakan gas akan mengalami produksi yang lebih tinggi sebagai alternatif energi transisi.