PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IKT) menawarkan sebanyak-banyaknya 561,1 juta saham atau sebesar 30% dari modal di tempatkan dan disetor penuh perseroan, melalui penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO).
Perseroan mematok harga saham yang akan ditawarkan ke publik tersebut pada kisaran Rp1.610 hingga Rp2.250 per saham.
Rencananya penawaran awal (bookbuilding) berlangsung pada 28 Mei-22 Juni 2018. Penetapan harga IPO pada tanggal 22 Juni 2018, sedangkan pencatatan perdana saham (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 10 Juli 2018.
Perseroan yang merupakan anak usaha PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II atau Indonesia Port Corporation (IPC), akan mengalosikan 50% dana hasil IPO untuk belanja modal (capital expenditure/capex), 25% untuk perpanjangan sewa lahan dan sisanya 25% untuk modal kerja.
"Kami gunakan 50% untuk pembangunan terminal, perluasan lahan, penambahan kapasitas dan fasilitas serta peralatan pendukung," ujar Direktur Utama IKT Chiefy Adi Kusmargono dalam Konferensi Pers di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (28/5).
IKT yang dikenal juga sebagai IPC Car Terminal menunjuk PT Bahana Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi. Selain itu, RHB bertindak sebagai Agen Penjual Internasional.
IKT mengelola terminal yang dioperasikan secara komersial untuk jasa pelayanan terminal kendaraan. "IKT telah mengelola lahan di pelabuhan Tanjung Priuk seluas 31 hektare dengan kapasitas 700.000 unit kendaraan per tahun," ungkap Chiefy Adi.
"Kita juga akan mengadakan roadshow (secara paralel) ke beberapa negara seperti Thailand, Singapore, Hongkong dan London," ujarnya.
Sesuai rencana, pada 2022, IKT menargetkan lahan seluas 89,5 hektare dengan kapasitas 2,1 juta kendaraan.
Untuk mencapai target tersebut, lanjut Chiefy, perusahaan bakal mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp500 miliar per tahun.
Pada 2017, IKT membukukan pendapatan sebesar Rp 422,1 miliar, meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar Rp 314,3 miliar. EBITDA naik menjadi Rp 175,4 miliar dari Rp 133,4 miliar. Laba kotor naik menjadi Rp 208,6 miliar dari Rp 164,5 miliar, dan laba bersih melonjak menjadi Rp 130,1 miliar dari Rp 98,4 miliar.
Adapun nilai aset per akhir 2017 mencapai Rp 336,3 miliar, meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar Rp 264,9 miliar. Liabilitas naik menjadi Rp 99,2 miliar dari Rp 79,3 miliar dan ekuitas meningkat menjadi Rp 237 miliar dari Rp 185,6 miliar. Sementara itu, current ratio sebesar 3,3 kali, naik dari 2,4 kali.
"Sementara itu, rata-rata ROA dalam tiga tahun terakhir mencapai 35,4 persen, margin EBITDA 40,4 persen, ROE 50,6 persen, dan ekuitas terhadap aset 69,8 persen," tuntasnya.