Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) mencatat, belum banyak perusahaan teknologi besar yang melakukan penawaran perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di pasar saham Indonesia hingga saat ini.
Chief Economist and Investment Strategist MAMI, Katarina Setuawan menuturkan, eksposur terhadap sektor teknologi di pasar saham Indonesia masih sangat rendah. Tercatat, bobot sektor teknologi dalam IHSG hanya sekitar 0,8%, jauh lebih kecil dari bobot di pasar Amerika Serikat misalnya yang mencapai 27% dalam indeks S&P 500, atau mencapai 18% dalam indeks MSCI Asia Pacific.
"Hal ini juga yang menjadi salah satu faktor mengapa kinerja pasar saham Indonesia tertinggal (underperform) dibanding pasar saham regional dalam beberapa tahun ke belakang," kata Katarina dalam keterangan resminya, Rabu (16/6).
Pasalnya, saat ini minat investor global sangat tinggi terhadap sektor teknologi. Sehingga, aliran dana investor ke Asia mengalir ke pasar saham negara-negara yang memiliki eksposur tinggi di sektor teknologi, seperti China, Taiwan, dan Korea Selatan.
Katarina pun memandang positif rencana IPO beberapa perusahaan teknologi Indonesia. Menurutnya, hal ini dapat menjadi katalis yang menarik minat investor, baik asing maupun domestik, untuk kembali masuk ke pasar saham Indonesia.
Dengan potensi ekonomi digital yang besar di Indonesia, saham perusahaan teknologi Indonesia akan mendapat perhatian dari investor secara global. Utamanya, setelah porsi investor asing menurun beberapa tahun ini, terbuka potensi aliran dana asing kembali masuk ke pasar saham Indonesia dan berdampak positif pada kinerja IHSG.
"Tidak hanya bagi pasar saham, potensi portfolio flow juga dapat berdampak positif bagi neraca pembayaran Indonesia ke depannya," ucapnya.