Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono, mendorong lembaga pemerintahan untuk turut mendukung pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT). Hal ini dinilai penting sebagai upaya transisi energi dan memerangi perubahan iklim yang tidak terduga terjadi lebih cepat.
Kesiapan mewujudkan transisi energi bersih di lembaga pemerintahan diinisiasi Istana Kepresidenan sebagai salah satu garda terdepan dalam pemanfaatan EBT. Hal tersebut ditandai dengan penyerahan Renewable Energy Certificate (REC) dan Dukungan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KLBB) oleh PT PLN (Persero) kepada lima Istana Kepresidenan, yang dipusatkan di Halaman Kantor Sekretariat Presiden, Jakarta, Selasa (6/9).
“Sekretariat Presiden selalu mendukung tuntutan-tuntutan dunia yang berubah yaitu salah satunya harus menggunakan listrik yang terbarukan renewable energy,” kata Heru dalam keterangannya.
Dikatakan Heru, pihaknya akan berkomitmen untuk terus beradaptasi dalam menghadapi perubahan dunia. Salah satunya, imbuh Heru, melalui perubahan perilaku dan beralih menggunakan energi baru terbarukan.
Sementara, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo, turut mengapresiasi inisiasi Sekretariat Presiden dalam pemanfaatan EBT. Menurutnya, Istana Kepresidenan akan menjadi contoh baik bagi penggunaan energi baru terbarukan.
Menurut Darmawan, Istana Kepresidenan menjadi bagian dalam memerangi perubahan iklim, melalui perubahan sumber aliran listrik yang berbasis pada energi baru terbarukan (EBT) dengan emisi karbon nol (zero carbon emission).
“Pasokan listrik yang mengalir ke istana dengan adanya Renewable Energy Certificate yang diinisiasi dari Istana Kepresidenan ini, maka listrik yang masuk ke istana adalah listrik yang berbasis pada energi baru terbarukan dengan emisi karbon yaitu nol,” jelas Darmawan.
Selain di Istana Kepresidenan Jakarta, PT PLN (Persero) juga menyerahkan sertifikat REC dan simbolis KLBB kepada masing-masing Istana Kepresidenan di Bogor, Cipanas, Yogyakarta, dan Tampaksiring.
“Kami juga ingin membantu bagaimana istana juga bisa menggunakan kendaraan listrik maupun motor listrik. Di mana tentu saja dengan pergeseran transportasi yang tadinya berbasis pada BBM, yang berbasis energi impor, energi yang jauh lebih mahal, energi yang lebih kotor, digantikan dengan transportasi yang berbasis pada listrik,” ungkap Darmawan.