Sejumlah merek produk kecantikan mengalami penurunan penjualan akibat isu overclaim yang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini.
Data Compas.co.id menunjukkan penjualan jenama-jenama yang dinyatakan overclaim merosot di Oktober jika dibandingkan bulan sebelumnya, bahkan ada yang turun hingga 82%. Co-founder dan CEO Compas.co.id Hanindia Narendrata mengatakan turunnya penjualan dipengaruhi oleh masifnya konten yang diunggah oleh akun-akun key opinion leader (KOL) ternama di TikTok Shop.
"Beberapa brand disebut dalam konten dan dinyatakan overclaim dari berbagai macam bahan baku, seperti Retinol dan Niacinamide. Hal ini berdampak langsung bagi brand-brand tersebut," tutur Narendrata, baru-baru ini.
Kabar terkait overclaim kandungan dalam produk skincare yang tak sesuai labelnya dipicu oleh content creator bernama Dokter Detektif (@dokterdetektif) atau Doktif di TikTok. Doktif, yang namanya dirahasiakan, kerap membagikan konten edukasi tentang skincare di akun miliknya.
Salah satu konten yang viral adalah ketika dia menyajikan hasil uji lab sejumlah produk skincare ternama. Hasil pengujian tersebut menunjukkan sejumlah brand skincare ternyata melakukan overclaim.
Berbanding terbalik dengan brand-brand yang dinyatakan overclaim, merek yang true claim dan diduga tidak melakukan overclaim mengalami kenaikan nilai penjualan. Salah satunya, Hanasui yang naik hingga 252%.
"Berdasarkan data ini, ada indikasi konsumen tidak berhenti menggunakan produk perawatan dan kecantikan, namun berpindah ke brand-brand lain yang cenderung memiliki kandungan sesuai dengan labelnya," katanya.
KOL approved
Di sisi lain, KOL juga berdampak terhadap kenaikan penjualan produk kecantikan. Berdasarkan sampel judul produk yang mengandung "KOL approved", sepanjang Januari hingga September 2024, Compas.co.id menemukan KOL memberikan dampak terhadap penjualan produk brand.
Contohnya, Tasya Farasya. Saat nilai penjualan dua produk yang sama dibandingkan, yakni satu produk dengan label 'Tasya Farasya Approved' dan satu tanpa label, hasilnya produk dengan label 'Tasya Farasya Approved' dapat menjual 154% lebih tinggi ketimbang produk tanpa label.
Adapun pada deretan produk 'KOL approved' terlaris, Tasya Farasya menjadi jawara dan mampu menjual lebih dari 649.000 produk. Kemudian, Nicholas Saputra berada di peringkat kedua yang mampu menjual 370.000 produk. Diikuti oleh Marshanda sekitar 213.000 produk, dokter Elvin Gultom dengan 77.000 produk, dan dokter Richard Lee dengan 65.000 produk.
“Untuk membangun penjualan yang sustain, kredibilitas lebih penting dibandingkan gimmick marketing," kata Narendrata.
Sementara TikTok Shop mengalami pertumbuhan pesat dengan market share 27% pada bulan Februari 2024 dan terus naik hingga mencapai 33% pada Oktober 2024. Tiga kategori produk di TikTok Shop dengan nilai penjualan tertinggi adalah body lotion atau body butter, pelembab wajah, dan serum wajah. Ketiganya berkontribusi sebesar 25,9% dari total nilai penjualan pada bulan Oktober 2024.
Tak hanya permasalahan overclaim, kosmetik ilegal juga meresahkan masyarakat. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar menegaskan agar masyarakat tidak menggunakan kosmetik tanpa izin edar dari BPOM. “Kalau tidak ada BPOM-nya berarti ilegal. Kalau dia ilegal maknanya abal-abal dan tidak ada jaminan,” ujarnya.
Menurutnya, izin edar atau label dengan tulisan BPOM pada suatu produk kosmetik bukan hanya sekadar penghias, melainkan punya manifestasi yang penting atas nama negara, yakni negara menjamin keamanan, manfaat, dan mutu produk-produk tersebut.
“Kadang ada timbul pertanyaan, kok ada BPOM-nya tapi bermasalah? Nah, ini harus hati-hati, dicek baik-baik, jangan sampai dia cuma pasang-pasang (nomor izin edarnya BPOM). Pastikan bisa di-scan, lihat nomornya (izin edar BPOM),” tambahnya.
Daftar produk kecantikan yang telah ternotifikasi di BPOM dapat dicek melalui aplikasi BPOM Mobile atau melalui situs cekbpom.pom.go.id.
Taruna juga menjelaskan tentang cara memilih dan menggunakan produk kosmetik, yakni dengan mengingat “Cek KLIK”. Yaitu, cek kemasan atau pastikan kemasan kosmetik dalam keadaan baik, tidak rusak atau cacat. Lalu, cek label, cek izin edar, serta cek kedaluwarsa.
Dokter Aesthetic, Abelina menyebut banyak kasus menunjukkan dampak buruk dari penggunaan produk kecantikan palsu dan ilegal. Mulai dari iritasi ringan hingga kerusakan kulit serius.
"Oleh karena itu, edukasi dalam memilih produk yang aman sangat krusial," tuturnya.