PT PLN (Persero) memastikan kondisi kelistrikan nasional aman, meskipun krisis energi tengah terjadi di beberapa negara saat ini. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyampaikan, Indonesia tidak akan mengalami pemadaman listrik massal seperti yang terjadi di Pakistan.
Janji Darmawan tersebut menurutnya akan direalisasikan melalui langkah-langkah strategis PLN, salah satunya dengan penguatan pasokan energi primer untuk pembangkit listrik untuk menjamin keandalan suplai listrik ke pelanggan. PLN telah mengantisipasinya dengan three line of defence energi primer untuk pembangkit listrik, yakni menggunakan batu bara, gas, dan BBM. PLN juga memperkuat sistem kelistrikan nasional demi menghadapi krisis energi global.
"Kondisi kelistrikan nasional Indonesia dalam kondisi yang sangat aman. Setiap pilar sistem kelistrikan kita sangat kokoh. Demi memastikan pasokan listrik terjaga, kami pastikan kecukupan energi primer seluruh pembangkit di Indonesia lebih dari cukup," kata Darmawan dikutip dari keterangannya, Kamis (9/2).
Ketangguhan pasokan energi primer tersebut diperoleh dari hasil perjuangan PLN dan pemerintah dalam melakukan enforcement tata kelola energi primer setelah kejadian krisis batu bara pada akhir 2021. Perseroan juga telah melakukan penataan ulang kontrak menjadi jangka panjang dan kokoh. Selain itu, langkah pengawasan dilakukan tidak hanya melalui fisik di lapangan tetapi juga dengan integrasi sistem monitoring digital.
"Kami integrasikan sistem digital PLN dengan sistem digital Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, sehingga dapat dilakukan corrective action secara cepat, tepat, dan terukur," ujar Darmawan.
Menurut Darmawan, PLN juga mengubah paradigma sistem pengendalian pasokan batu bara dari yang awalnya fokus pada titik bongkar Estimated Time of Arrival (ETA) menjadi berfokus pada titik muat atau loading. Mekanisme early warning system juga dibangun, sehingga risiko keterlambatan pengiriman pasokan batu bara dapat diminimalisasi.
"Dengan sistem seperti ini maka jika ada potensi kegagalan pasokan karena ketersediaan batu bara maupun armada angkutannya, akan dapat dideteksi lebih dini. Bahkan setiap pergerakan pasokan energi primer dapat termonitor secara digital," tutur Darmawan.
Melalui pembenahan tersebut, kini pembangkit batu bara sebagai first line of defence punya stok yang bahkan di atas titik aman, yaitu sudah berada di atas 20 hari operasional (HOP). Selain itu, cadangan gas dan cadangan BBM sebagai second line dan third line of defence juga dipastikan aman dan selalu siap kapanpun dibutuhkan.
"Jika kita bandingkan dengan Pakistan. Di sana stok energi primer pembangkitnya yaitu gas sangat terbatas. Ditambah Pakistan sedang mengalami tekanan ekonomi, sedangkan energi primernya didominasi impor tanpa kesiapan pasokan, tidak ada kontrak jangka panjang, maka stok pun semakin terbatas. Ketika ada fluktuasi demand listrik, maka pasokan kelistrikan akan down dan tidak mampu recover karena tidak cukupnya stok energi primer," ujar Darmawan.