Menjelang memasuki bulan Desember, fenomena window dressing atau “windress” mulai menjadi perhatian para pelaku pasar untuk memperoleh keuntungan lebih banyak. Berdasarkan catatan tahunan pasar modal, selama lima tahun ke belakang fenomena windress terus terjadi di setiap akhir tahun.
Pengamat pasar modal Otavianus Audi mengungkapkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini masih bergerak cenderung terbatas atau sideways. Pemicunya menurut Audi karena investor masih menanti dua momen yang menjadi sentimen bagi pasar modal di pekan ini.
“Investor ini masih menunggu dua sentimen di pekan ini untuk bisa mendapatkan momen terbaik. Yaitu ada pidato dari The Fed nanti di hari Rabu (30/11) oleh Jerome Powell dan potensi window dressing di awal Desember,” kata Audi dalam diskusi online bersama @idx_channel , Senin (28/11).
Dijelaskan oleh Audi, windress merupakan istilah yang digunakan investor yang secara garis besar adalah aksi manajer investasi dalam memoles kinerja di akhir tahun dengan tujuan untuk memperoleh return tinggi di atas indeks.
Ia menyebutkan selama lima tahun terakhir sejak 2017 hingga 2021, IHSG di bulan Desember mengalami kenaikan atau fenomena windress. Fenomena ini terjadi mulai pekan awal Desember hingga pertengahan, lalu pertengahan mulai menurun, dan kembali menanjak di pekan akhir Desember.
“Ini tidak menjamin 100 persen akan terjadi lagi di tahun 2022, tapi ada kecenderungan naik jika melihat lima tahun ke belakang,” jelasnya.
Ada pun yang menjadi sentimen positif windress akan terjadi di Indonesia antara lain, laporan keuangan sektor perbankan di kuartal III-2022 yang menunjukkan kinerja positif, makro ekonomi Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2022 tercatat 5,72% dan diiringi kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 120,3 per Oktober 2022.
“Pertumbuhan ekonomi kita diprediksi tahun depan juga akan tetap tinggi, indeks konsumen juga masih tinggi. Walaupun inflasi tinggi, ini jadi sejalan dan bisa direspons positif,” tambah Audi.
Sentimen berikutnya adalah pengumuman suku bunga acuan The Fed yang diprediksi tidak akan seagresif sebelumnya. Hal ini kata Audi akan membawa angin segar bagi investor.
Audi menyampaikan untuk pembelian saham saat ini masih menjadi momentum yang baik, karena masih banyak sejumlah sektor yang belum mengalami kenaikan dan diprediksi akan terpengaruh positif oleh windress. Ia juga menambahkan, biasanya saham-saham siklikal yang paling potensial dalam windress adalah financial services.
“Saham yang tidak bluechip tapi kemungkinannya bisa ikut windress yaitu saham-saham siklikal seperti perbankan atau asuransi dengan caps kecil tapi laporan keuangannya bagus, kemudian saham otomotif dan housing,” ungkap Audi.
Titik kunci dimulainya fenomena windress kata Audi adalah saat IHSG sudah mencapai atau bahkan melewati 7.150 yang kemudian diikuti IHSG terus menghijau. Beberapa saham yang menjadi rekomendasi jelang windress antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).