Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memberikan klarifikasi terkait pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengampanyekan agar masyarakat lebih mencintai produk dalam negeri dan membenci produk luar negeri.
Menurut Lutfi, ucapan tersebut mengemuka setelah dirinya memberikan penjelasan singkat kepada Jokowi.
"Tidak benar apabila ucapan presiden ditujukan sebagai bentuk sinyal proteksionisme atau tidak menyukai (benci) barang-barang impor. Saya minta tolong itu tidak dibesar-besarkan karena yang salah itu saya, karena saya brief beliau sesaat sebelum acara berlangsung," katanya dalam video conference Rakernas Kemendag, Kamis (4/3).
Menurut Lutfi, dirinya memberikan laporan kepada Jokowi, sesaat sebelum acara Rakernas Kementerian Perdagangan dimulai. Isi laporan itu terkait adanya indikasi e-commerce berskala global yang melaksanakan praktik ilegal perdagangan, seperti predatory pricing atau menetapkan harga suatu produk jauh lebih murah sehingga persaingan usaha menjadi tidak seimbang. Praktik curang itu berisiko membunuh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Hal inilah yang menyebabkan Jokowi naik pitam. Presiden lalu menyampaikan kekecewaannya saat memberikan sambutan di acara tersebut.
"Jadi kalau mau disalahin, salahin Menteri Perdagangannya karena brief-nya, yang kasarnya bikin naik pitam. Brief-nya berisi usaha UMKM kita diserang secara tidak adil, secara curang. Dan saya memberikan brief beberapa menit sebelum masuk ke dalam acara. Tolong tidak dibesar-besarkan," ucapnya.
Dia meminta agar pernyataan Jokowi tersebut tidak menimbulkan kegaduhan, namun justru menjadi penyemangat bagi para pelaku UMKM untuk dapat meningkatkan kualitas produknya agar mampu bersaing di pasar global.
"Pernyataan presiden tersebut tidak perlu dibesar-besarkan ya, tapi (semoga) itu menjadi penyemangat supaya mendorong produk lokal meningkatkan kualitasnya dan mendorong kita untuk mencintai produk dalam negeri," tuturnya.
Sebelumnya di dalam acara yang sama, saat memberikan sambutan, Jokowi mengungkapkan Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dengan 270 juta penduduk.
Untuk itu dia mengajak agar masyarakat Indonesia lebih mencintai produk dalam negeri ketimbang produk luar negeri, dengan menempatkan produk-produk lokal di ruang depan di pusat-pusat perbelanjaan atau ditempatkan di lokasi strategis.
"Kita cinta produk Indonesia harus terus digaungkan. Produk-produk dalam negeri gaungkan. Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk luar negeri, sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal untuk produk Indonesia," ujarnya.