close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Aksi Jokowi mengendarai motor gede (moge) dalam pembukaan Asian Games 2018, Sabtu (18/8) lalu./ Reuters
icon caption
Aksi Jokowi mengendarai motor gede (moge) dalam pembukaan Asian Games 2018, Sabtu (18/8) lalu./ Reuters
Bisnis
Senin, 20 Agustus 2018 11:35

Jokowi, kuda besi, dan peluang endorse

Ada lelucon yang beredar di media sosial, jika kalah di Pilpres, Jokowi barangkali bisa menjajal dunia endorsement.
swipe

Belum lama berselang sejak Presiden Joko Widodo beraksi mengendarai motor gede (moge) dalam cuplikan video pembukaan Asian Games 2018. Tampak lihai, Jokowi berlenggak-lenggok menerobos kemacetan Ibu kota dengan kuda besinya, menuju Gelora Bung Karno, Senayan. Tak ayal, aksi ini banjir pujian dari sejumlah tokoh dunia dan warganet. Lepas dari keberadaan pemeran pengganti, masyarakat relatif mengapresiasi aksi Jokowi.

Sosok yang memang telah akrab dengan sepeda motor itu, dalam beberapa kesempatan memang memilih naik motor kala melakukan lawatan. Ada beberapa jenis sepeda motor yang ia tunggangi. Motor-motor itu kemudian viral di media sosial dan menjadi perbincangan publik. Antara mencatat, ada empat motor yang spontan laris manis di pasaran.

1. Wim Motor tipe Zero 8i

Saat melakukan kunjungan kerja ke wilayah Agats, Kabupaten Asmat, Papua, pada Kamis (12/4), Jokowi memilih mengendarai sepeda motor listrik. Kendaraan yang ditunggangi Jokowi saat itu adalah produk Wim Motor dengan tipe Zero 8i. Motor listrik ini memiliki kapasitas 1000 Watt dan mampu dipacu hingga kecepatan 50-80 kilometer per jam. Motor tersebut dibanderol dengan harga sekitar Rp12 jutaan.

2. Royal Enfield Bullet 350 cc

Pada Minggu (8/4), Jokowi melakukan kunjungan kerja di Sukabumi, Jawa Barat. Dalam kesempatan tersebut, dirinya tampil dengan mengendarai sepeda motor jenis Chopper merek Royald Enfield Bullet 350 cc. Motor yang ditungganginya adalah hasil modifikasi Elders Garage dan Kick Ass Chopper. Jokowi membeli motor tersebut pada Januari 2018 dengan harga Rp140 juta.

3. Kawasaki KLX 150 BF SE

Jokowi beberapa kali diketahui mengendarai motor jenis trail saat melakukan kunjungan kerja. Salah satunya ketika mengunjungi daerah Muara Gembong di Bekasi, Rabu (1/11/2017). Dalam kegiatannya, Jokowi mengendarai motor trail Kawasaki KLX 150 BF SE.

Kala itu Jokowi mengungkap alasan mengapa dirinya menunggangi motor trail. Dia mengatakan lokasi tambak di Muara Gembong berada cukup jauh dari akses jalan untuk kendaraan roda empat. Sehingga, motor trail dianggap sebagai kendaraan paling tepat untuk menuju lokasi tersebut.

4. Yamaha FZ1

Yang paling baru adalah aksi Jokowi dalam pembukaan Asian Games 2018, Sabtu (18/88). Dalam sebuah cuplikan video, Jokowi tampil dengan menunggangi moge bermerek Yamaha FZ1. Itu diproduksi sejak 2001 hingga 2015. Harganya berkisar di angka Rp150 juta. Kini motor tersebut sudah tidak diproduksi lagi oleh Yamaha. Motor ini sendiri merupakan kendaraan roda dua yang biasa digunakan oleh pasukan pengamanan presiden (Paspampres) sejak 2010.

Trend setter fesyen

Tak sekali Jokowi 'membawa rejeki' bagi para pebisnis, lantaran apa yang ia kenakan. Selain motor, mantan Gubernur DKI itu juga membawa berkah bagi kalangan pengusaha pakaian. Mulai dari kemeja kotak-kotak yang langsung jadi tren sejak Pilgub DKI 2012 lalu, lalu kemeja putih polos yang populer sejak mengumumkan Kabinet Kerja Jokowi-JK.

Tak hanya dua fashion item itu yang diburu publik. Sejak ia tampil di depan khalayak mengenakan jaket bomber merek Zara, produsen baju itu mengaku langsung kehabisan stok. Khususnya, usai kemunculan tagar #jaketjokowi sebagai trending topic di Twitter, yang diunggah 11 ribu orang lebih. Jaket ini sendiri dipatok dengan harga Rp899.000 hingga Rp1.399.000 satu potongnya. Sementara untuk produk kualitas KW saat itu dijual seharga Rp100.000 sampai Rp175.000.

Jaket bomber hijau Jokowi yang sempat jadi tren./ Antarafoto

Tagar #jaketjokowi segera berganti dengan #payungjokowi, setelah ayah Kaesang Pangarep ini menggunakan payung biru dalam Aksi Super Damai (2/12) dua tahun silam. Payung itu terpaksa dipakai Jokowi karena hujan mengguyur Monas cukup deras.

Setelah demam jaket bomber dan payung Jokowi, warga kembali gaduh dengan sandal jepit merek Fladeo yang mendadak laris diburu. Penyebabnya, sandal ini pernah dikenakan Jokowi dalam lawatan ke Kota Minyak Balikpapan pada Desember 2016. Jokowi sengaja membeli sandal yang saat itu didiskon 70% di Mal Balikpapan Superblock (BSB). Larisnya sandal jenis ini dikonfirmasi langsung akun Twitter resmi Fladeo

"Jokowi Effect" udah terasa, "sandal Jokowi" mulai ramai diburu konsumen.. Makasih banyak pak @jokowi #sandaljokowi #fladeo #fladeoshoes," cuit @fladeo_shoes.

Penampilan Jokowi kembali menjadi perbincangan saat ia mendaftarkan diri ikut Pilpres 2019 ke KPU beberapa waktu lalu. Seperti biasa, Jokowi mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Kemeja itu sengaja digulung lengannya menjadi model 7/8 sehingga tampak lebih kasual. Yang berbeda, kemeja tersebut bertuliskan tiga slogan kampanye "Bersih, Merakyat, dan Kerja Nyata". 

Warganet Sukma Hapsari @SukmaHapsari lewat akun pribadinya berceloteh, "Naksir ama kemeja yg dipake @jokowi .. Beli dimana pak? Bagi info dong #KemejaJokowi". Senada, warganet lainnya @Auliaoa mencuit "Salah fokus sama kemeja putih Jokowi yang ada tulisan "Bersih, Merakyat, Kerja Nyata" ADA YANG UDAH OPEN PO BELUM??? #KemejaJokowi".

Tipping point

Fenomena Jokowi sebagai trend setter mode ini relatif menjadi kesuksesannya mempengaruhi opini publik. Langkah Jokowi menjadi pengejawantahan dari tenaga pemasaran, yang menciptakan hal-hal baru. Akademisi dari School for Entrepreneurs Rhenald Kasali pernah menyebut, ciri khas pebisnis adalah menciptakan tren baru, tak sekadar menjadi pengikut (followers).

“Pebisnis perlu memiliki multi perspektif. Meyakini bahwa di mana ada problem pasti ada solusi,” tutur Rhenald. Dalam konteks ini, pebisnis jeli akan menciptakan wabah baru yang sederhana dan cenderung mengundang warga untuk menirunya. Wabah baru ini oleh Malcom Gladwell disebut dengan tipping point, yakni kondisi saat sebuah ide, perilaku, pesan, dan produk menyebar luas laiknya wabah penyakit menular. Malcom bahkan mengidentikkan fenomena epidemi sosial ini seperti epidemi Syphilis yang mewabah di Baltimore pada 1995.

Dalam "Tipping Point" (2000) Malcom menyebutkan, ada tiga hal yang bisa memunculkan wabah baru, yakni jumlahnya sedikit (the law of the few), faktor kelekatan (the stickiness factor), dan kekuatan konteks (the power of context).

Faktor pertama, jumlah sedikit menekankan pada keterlibatan orang-orang dengan keterampilan sosial yang unik. Mereka adalah Connector, orang yang menjadi penghubung dari banyak kalangan, terkenal, dan mampu menggaet kepercayaan orang dengan mudah. Lalu Mavens, orang dengan pengetahuan sangat luas. Tipe ini kerap menggunakan pengetahuannya yang banyak demi 'menipu' orang agar mengikuti gaya tertentu yang ia mau. Terakhir Salesman, orang yang diberkahi kemampuan persuasif mumpuni, tanpa lawan bicaranya sadari.

Jokowi sedikit banyak memenuhi satu unsur tersebut, Connector. Tak heran, jika kemudian warga banyak meniru segala gaya eks Wali Kota Solo ini.

Kemeja Jokowi juga ditiru oleh anak kecil./ Instagram

Faktor kedua, kelekatan, berkelindan dengan pengulangan informasi sehingga membuat warga mudah ingat dan terjebak dalam epidemi sosial. Beruntunglah, di era banjir informasi di dunia maya, peran media sosial relatif andil dalam pengulangan dan penyebarluasan informasi soal mode Jokowi.

Ketiga, kekuatan konteks, tak bisa dilepaskan dari sifat asli publik yang cenderung menjadi penonton. Dengan beban yang mereka emban di lingkungan masing-masing, kekuatan konteks menguraikan, betapa lingkungan dapat memengaruhi seseorang di dalamnya.

Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dan kuatnya pengaruh Jokowi dalam menggaet followers, ia bisa memikirkan kemungkinan menjadi pembuat wabah baru, lalu menjadi endorser di dunia nyata maupun maya.

img
Purnama Ayu Rizky
Reporter
img
Purnama Ayu Rizky
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan