Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan melaporkan persetujuan Rencana Pengembangan (Plan of Development/PoD) proyek gas alam cair (liquid natural gas/LNG) Blok Masela, kepada Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidean Jakarta.
"Persetujuan pemerintah terhadap pembangunan blok Masela sudah diberikan. Jadi kami lapor, kami serahkan persetujuannya di hadapan Bapak Presiden," kata Menteri Jonan di Jakarta, Rabu (17/7).
Sebelumnya, dokumen PoD Blok Masela sendiri sudah ditandatangani oleh Menteri Jonan pada pekan lalu.
Jonan mengatakan pengembangan Blok Masela membutuhkan biaya pengembangan lapangan mencapai US$18,5miliar-19,8 miliar. Proyek ini bisa menyerap ribuan tenaga kerja baik saat konstruksi maupun onstream.
"Pada saat pembangunan dapat menyerap 30.000 tenaga kerja langsung maupun pendukung. Sementara saat beroperasi akan menyerap tenaga kerja antara 4.000-7.000 orang termasuk pembangunan industri petrokimia," jelas Jonan.
Jonan juga mengatakan persetujuan atas revisi PoD oleh pemerintah ini merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi Proyek LNG Abadi.
"Ini adalah investasi asing terbesar sejak 1968 dan simbol pembangunan di Indonesia Timur yang berskala global setelah Freeport Indonesia," kata Jonan.
President dan CEO Inpex Takayuki Ueda mengatakan konsep pengembangan proyek telah mengalami perubahan dari skema kilang terapung menjadi skema LNG darat.
"Lapangan gas abadi yang mempunyai produktivitas reservoir (tambang) sangat bagus. Ini bisa menumbuhkan harapan untuk mengembangkannya secara efisien dan menjadikan lapangan ini beroperasi secara stabil dalam memproduksi gas alam cair (LNG) untuk jangka waktu yang panjang," kata Takayuki.
Sebagai tambahan atas persetujuan revisi PoD, pemerintah juga menyetujui permohonan untuk alokasi tambahan waktu selama 7 tahun dan perpanjangan Production Sharing Contract (PSC) Wilayah Kerja atau Blok Masela selama 20 tahun hingga 2055.
Selanjutnya, Inpex akan terus bekerja bersama Shell sebagai mitra kerja untuk memulai aktivitas persiapan yang diperlukan dalam rangka melaksanakan kegiatan Front End Engineering Design (FEED).
Dengan mulainya proyek ini, pemerintah Indonesia akan menerima investasi sekitar US$39 miliar dan Inpex sekitar US$37 miliar. Angka tersebut sudah termasuk 10% milik daerah, sehingga Inpex dan Shell hitungannya bisa terima US$33,3 miliar.
Potensi ini masih bisa dioptimalkan dari dampak multiplier seperti industri petrokimia dan potensi investasi US$5 miliar di daerah tersebut.
Sebagai informasi, Proyek Lapangan Abadi adalah proyek pengembangan LNG skala besar terintegrasi pertama yang dioperasikan oleh INPEX di Indonesia sebagai operator, sesudah Proyek LNG Ichthys di Australia.
Jumlah output gas alam di Lapangan Abadi sebesar 10,5 juta ton per tahun, mencakup sekitar 9,5 juta ton gas alam cair/LNG per tahun, dan memasok penyediaan gas untuk lokal melaluo jalur pipa. Untuk kondensatnya, mencapai sekitar 35.000 barel kondensat per hari. SKK sendiri menargetkan blok Masela akan mulai produksi pada 2027. (Ant)