Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan target 99,9% sambungan listrik bagi rumah tangga hingga akhir tahun 2019 akan sulit tercapai.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan target elektrifikasi tersebut terkendala masalah pendanaan.
“Kita kesulitan mencari badan usaha yang bersedia menyumbang untuk menutupi kebutuhan rumah tangga yang tidak mampu membayar ongkos instalasi,” katanya dalam seminar di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta, Senin (22/7).
Jonan mengungkapkan, untuk dapat mencapai target tersebut setidaknya 1,83 juta rumah tangga harus sudah dialiri listrik. Sedangkan, kata dia, 500.000 rumah tangga di antaranya tidak mampu membayar ongkos instalasi.
"Saya masih pusing mengumpulkan badan usaha-badan usaha yang mau menyumbang. Karena kalau rasio elektrifikasi mau 100%. Kami identifikasi ada 1,83 juta rumah tangga yang harus dilistriki,” ujarnya.
Dengan besaran rumah tangga yang belum teraliri listrik tersebut, Jonan mengatakan, jika dibebankan pada pemerintah akan membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kedodoran.
"Ada setengah juta yang tidak bisa bayar. Kalau ini dibebankan pada pemerintah. Ini APBD mesti kerja keras," tuturnya.
Jonan menyebutkan biaya instalasi listrik di Pulau Jawa sebesar Rp500.000 per rumah tangga. Sedangkan di luar Pulau Jawa, biayanya bisa membengkak hingga tiga kali lipatnya menjadi Rp1,5 juta per rumah tangga.
Sementara itu, dalam program ini, pemerintah menjalankan dua metode untuk mengaliri listrik ke rumah-rumah warga. Pertama, dengan jaringan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan skema on-grid. Kedua, dengan memasang Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) secara off-grid.